Jumat, 16 April 2010

Ragu dalam Shalat? Sujud Sahwi Solusinya

oleh: Syaikh Muhammad Ibnu Sholih Al~’Utsaimin Rahimahullahu Ta`ala

إن الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله،
: أما بعد

Tidak jarang disaat kita melaksanakan sholat, baik dalam keadaan sholat, maupun sudah selesai salam, timbul rasa keraguan dalam hati kita. Keraguan tersebut bisa berupa lupa jumlah raka`at yang telah dikerjakan (tertambah ataupun terkurangi), lupa tasyahhud awal, ragu saat sholat sedang berada di raka`at keberapa dan lain sebagainya.
Dan bila hal ini terjadi pada kita, jangan risau maupun bingung. Beruntunglah bagi orang yang mencintai sunnah, yakni ahlussunnah wal jama`ah. Kenapa? Karena kita tidak perlu mengada-adakan sesuatu ataupun mengarang-ngarangnya seperti yang sering dilakukan ahlul bida`seperti kaum sufi, kaum syiah, tariqat-tariqat dan seluruh firqoh yang sesat dan menyesatkan diluar ahlul hadith, ahlussunnah waljama`ah. Sebab telah ada sunnah yang telah dicontohkan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kepada kita tentang hal ini. Mau tahu…? Silahkan simak penjelasannya di bawah ini:


[Kasus 1].
Apabila seseorang lupa dalam sholatnya, sehingga tertambah 1 kali ruku` atau 1 kali sujud atau 1 kali berdiri atau 1 kali duduk, maka orang tersebut harus meneruskan sholatnya sampai salam, untuk selanjutnya melaksanakan sujud sahwi (dua kali sujud), lalu salam kembali.
Contohnya:
Apabila seseorang melaksanakan sholat Dzuhur, kemudian dia berdiri untuk raka`at ke lima (ke-5), tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain, maka ia harus duduk kembali TANPA TAKBIR, lalu membaca tasyahhud akhir dan salam, kemudian ia sujud sahwi (dua kali sujud) lalu salam kembali.
# Bila orang tersebut mengetahuinya (tambahan tadi) setelah selesai sholat, maka ia tetap harus sujud sahwi dan salam kembali.

[Kasus 2].
Apabila seseorang salam sebelum sempurna sholatnya karena lupa, namun tidak lama berselang setelah salam tersebut tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain dengan catatan lama waktu ia teringat atau diingatkan tersebut kira-kira sama dengan lamanya dia sholat (mulai sholat sampai salam) maka ia harus menyempurnakan sholatnya yang tertinggal tadi kemudian salam dan setelah itu sujud sahwi (dua kali sujud) dan salam kembali.
Contohnya:
Apabila seseorang sholat Dzuhur, kemudian ia lupa dan langsung salam pada raka`at ke 3 (tiga), tiba-tiba ia ingat ataupun diingatkan orang lain, maka dia harus menyempurnakan raka`at ke 4 (empat) dan salam, lalu sujud sahwi (dua kali sujud) untuk seterusnya salam.
# Bila orang tersebut sadar akan kekurangan raka`atnya tersebut DALAM JANGKA WAKTU YANG LAMA, maka ia harus mengulang sholatnya dari awal.

[Kasus 3].
Apabila seseorang meninggalkaan tasyahhud awal atau kewajiban lainnya dalam sholat KARENA LUPA, maka ia harus sujud sahwi (dua kali sujud) sebelum salam. Dan hal ini menjadi tidak mengapa baginya. Namun jika ia ingat bahwa ia belum membaca tasyahhud awal tersebut atau kewajiban lainnya itu sebelum berobah posisi-nya, maka hendaklah ia tunaikan (tasyahhud awal atau kewajiban lainnya tersebut). Dan hal demikian menjadi tidak mengapa baginya.
Jika ia ingat setelah perubahan posisi tetapi sebelum sampai pada posisi yang berikutnya, hendaklah ia kembali ke posisi yang pertama untuk menunaikan tasyahhud awal atau kewajiban lainnya tersebut.
Contohnya:
Apabila seseorang lupa tasyahhud awal dan ia langsung berdiri ke raka`at ke 3 (tiga) dengan sempurna maka ia tidak boleh kembali duduk dan wajib atasnya sujud sahwi sebelum salam.
# Bila ia duduk tasyahhud tetapi lupa membaca tasyahhud, kemudian ingat sebelum berdiri, maka ia harus membaaca tasyahhud dan kemudian menyempurnakan sholatnya, TANPA SUJUD SAHWI.
# Demikian juga bila ia berdiri seblum tasyahhud kemudian ingat sebelum berdirinya sempurna, maka ia harus kembali duduk dan bertasyahhud untuk kemudian menyempurnakan sholatnya.
# catatan:
Tetapi para `Ulama menyatakan bahwa ia harus tetap sujud sahwi dikarenakan ia telah menambah satu gerakan yakni bangkit ketika hendak berdiri ke raka`at ke 3. Wallahu a`lam
[Kasus 4].
Apabila seseorang ragu dalam sholatnya apakah telah 2 raka`at atau sudah 3 raka`at dan ia TIDAK MAMPU menentukan yang paling rojih (kuat) diantara keduanya maka ia harus membangun di atas yaqin JUMLAH YANG TERKECIL kemudian sujud sahwi sebelum salam dan setelah itu ia memberi salam.
Contohnya:
Apabila ia sholat Dzuhur dan ragu pada raka`at ke 2 (dua), apakah ini masih berada di raka`at ke 2 (dua) atau sudah ke 3 (tiga) dan ia tidak mampu menentukan yang paling rojih (benar) diantara keduanya maka ia harus memilih yang 2 (dua) raka`at (jumlah terkecil). Kemudian ia sempurnakan sisanya lalu sujud sahwi (dua kali sujud) sebelum salam kemudian setelah itu memberi salam.

[Kasus 5].
Apabila seseorang ragu dalam sholatnya, apakah telah 2 (dua) raka`at atau sudah 3 (tiga) raka`at, namun walaupun demikian, ternyata ia MAMPU untuk menentukan yang paling rojih (benar), maka ia harus membangun diatas yang diyakininya itu (apakah yang 2 raka`at ataupun yang 3 raka`at) kemudian ia sempurnakan hingga salam lalu ia sujud sahwi kemudian salam kembali.
Contohnya:
Apabila seseorang sholat Dzuhur, kemudian ia ragu pada raka`at ke 2; apakah ia masih dalam raka`at ke 2 atau sudah masuk raka`at ke 3. Namun kemudian timbul keyakinan yang kuat dalam hatinya bahwa ia berada pada raka`at ke 3 maka ia harus membangun sholatnya di atas keyakinannya itu (raka`at ke 3) lalu ia sempurnakan sholatnya hingga salam, kemudian ia sujud sahwi untuk selanjutnya salam kembali.
# Apabila keraguan datang kembali setelah ia selesai dari sholatnya, maka itu tidak dianggap atau ia tidak perlu memperdulikannya kecuali ia yakin sekali.
# Apabila ia sering ragu, maka keraguannya itu tidak dianggap atau ia tidak perlu memperdulikannya, karena itu hanyalah merupakan rasa was-was (dari syaiton).

Demikian penjelasan tentang sujud sahwi. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan sunnah ini.~

سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد أن لا إله إلا أنت
أستغفرك وأتوب إليك
Sumber: dikutip dari Kitab “RASAAI’IL FII AL~WUDHU’ WAL GHUSLI WA ASH~SHOLAH”
Penulis: Syaikh Muhammad Ibnu Sholih Al~’Utsaimin Rahimahullahu Ta`ala
Halaman: 36, 37, 38
Diterjemahkan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia oleh: Al Akh Dzakwan


(http://thullabul-ilmiy.or.id )

Sabtu, 03 April 2010

PERTEMANAN DALAM ISLAM

Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti, seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri. Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, pemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.

--------------------------
--------
Memilih Teman Yang Baik
----------------------------------

Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah bersabda,
"Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya." (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan ber-perilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman. Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makan-anmu kecuali orang yang bertakwa." (HR. Ahmad dihasankan oleh al-Albani)
Termasuk dalam larangan di atas adalah berteman dengan pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih berteman dengan orang-orang kafir dan munafik.

Khathabi berkata, “Yang dimaksud dengan jangan memakan makananmu, kecuali orang yang bertakwa adalah dengan cara mengundang mereka dalam suatu jamuan makan. Sebab jamuan makan bisa melahirkan rasa kasih sayang dan cinta di antara yang hadir”. Adapun makanan yang memang dibutuhkan oleh mereka, maka tidak apa-apa diberikan.

Allah berfirman, artinya, "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan." (QS. Al-Insan: 8). Dan yang ditawan bisa saja adalah orang-orang kafir.

Demikian juga dalam pergaulan yang sifatnya umum seperti bertetang-ga, jual beli dan sebagainya, maka hukumnya masuk dalam hukum mua-malah, di mana kita boleh bermuamalah dengan siapa saja, muslim maupun non muslim.

-------------------------
Cinta Karena Allah
-------------------------

Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya. Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.

Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, 'Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dalam lindungan-Ku, pada hari yang tidak ada perlindungan, kecuali per-lindungan-Ku." (HR. Muslim)
Dari Mu'adz bin Jabalzia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (HR. Ahmad).

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , diceritakan, "Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini', jawabnya, 'Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?' 'Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla', jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, "Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia."

----------------------------------------
Ungkapkan Cinta Karena Allah
----------------------------------------

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan, "Ada seorang laki-laki di sisi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Nabi bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya." (HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani).

Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang mengotori kecintaan tersebut dari berbagai kepentingan duniawi?

-------------------------------------------------------------------------------
Lemah Lembut, Bermuka Manis dan Saling Memberi Hadiah
-------------------------------------------------------------------------------

Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjum-pai saudaramu dengan wajah berseri-seri." (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Radhiallaahu anha disebutkan, bahwasanya "Allah mencintai kelemah-lembutan dalam segala sesuatu." (HR. al-Bukhari). Dalam hadis lain riwayat Muslim disebutkan “Bahwa Allah itu Maha Lemah-Lembut, senang kepada kelembut-an. Ia memberikan kepada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan, juga tidak diberikan kepada selainnya."

Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiah lah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian." (HR. Imam Malik).

-------------------------------
Saling Memberi Nasihat
-------------------------------

Dalam Islam, prinsip menolong teman adalah bukan berdasar permintaan dan keinginan hawa nafsu teman. Tetapi prinsip menolong teman adalah keinginan untuk menunjukkan dan memberi kebaikan, menjelaskan kebenaran dan tidak menipu serta berbasa-basi dengan mereka dalam urusan agama Allah. Termasuk di dalamnya adalah amar ma'ruf nahi mungkar, meskipun bertentangan dengan keinginan teman.

Adapun mengikuti kemauan teman yang keliru dengan alasan solidaritas, atau berbasa-basi dengan mereka atas nama persahabatan, supaya mereka tidak lari dan meninggalkan kita, maka yang demikian ini bukanlah tuntunan Islam.

-------------------------------------------------
Berlapang Dada dan Berbaik Sangka
-------------------------------------------------

Salah satu sifat utama penebar kedamaian dan perekat ikatan persaudaraan adalah lapang dada. Orang yang berlapang dada adalah orang yang pandai memahami berbagai keadaan dan sikap orang lain, baik yang menyenangkan maupun yang menjengkelkan. Ia tidak membalas kejahatan dan kezhaliman dengan kejahatan dan kezhaliman yang sejenis, juga tidak iri dan dengki kepada orang lain. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Seorang mukmin itu tidak punya siasat untuk kejahatan dan selalu (berakhlak) mulia, sedang orang yang fajir (tukang maksiat) adalah orang yang bersiasat untuk kejahatan dan buruk akhlaknya." (HR. HR. Tirmidzi, Al-Albani berkata “hasan”)

Karena itu Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajarkan agar kita berdo’a dengan:
"Dan lucutilah kedengkian dalam hati- ku." (HR. Abu Daud, Al-Albani berkata 'shahih')
Termasuk bumbu pergaulan dan persaudaraan adalah berbaik sangka kepada sesama teman, yaitu selalu berfikir positif dan memaknai setiap sikap dan ucapan orang lain dengan persepsi dan gambaran yang baik, tidak ditafsirkan negatif. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
“Jauhilah oleh kalian berburuk sangka, karena buruk sangka adalah pembicaraan yang paling dusta” (HR.Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan berburuk sangka di sini adalah dugaan yang tanpa dasar.

-----------------------
Menjaga Rahasia
-----------------------

Setiap orang punya rahasia. Biasa-nya, rahasia itu disampaikan kepada teman terdekat atau yang dipercayainya. Anas Radhiallaahu anhu pernah diberi tahu tentang suatu rahasia oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Anas Radhiallaahu anhu berkata, "
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam merahasiakan kepadaku suatu rahasia. Saya tidak menceritakan tentang rahasia itu kepada seorang pun setelah beliau (wafat). Ummu Sulaim pernah menanyakannya, tetapi aku tidak memberitahukannya." (HR. Al-Bukhari).

Teman dan saudara sejati adalah teman yang bisa menjaga rahasia temannya. Orang yang membeberkan rahasia temannya adalah seorang pengkhianat terhadap amanat. Berkhia-nat terhadap amanat adalah termasuk salah satu sifat orang munafik.

-----------
Penutup
-----------

Persahabatan yang dijalin karena kepentingan duniawi tidak mungkin bisa langgeng. Bila manfaat duniawi sudah tidak diperoleh biasanya mereka dengan sendirinya berpisah bahkan mungkin saling bermusuhan. Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, mereka akan menjadi saudara yang saling mengasihi dan saling membantu, dan persaudaraan itu tetap akan berlanjut hingga di negeri Akhirat. Allah berfirman, artinya,
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)

Ya Allah, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai teman-teman kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. Amin. (Ibnu Umar)


Ditulis Ulang oleh Andika Putra di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/pertemanan-dalam-islam/378435876956

Sumber Asli: www.alsofwah.or.id

MENGGAPAI KEBAHAGIAAN HAKIKI

Apakah kita termasuk orang yang bahagia? Sebuah pertanyaan yang layak untuk dilontarkan kepada diri kita masing-masing. Mungkin di antara kita saat ini ada yang memiliki harta melimpah ruah, tetapi tidak merasa bahagia. Ada pula yang memiliki popularitas dan jabatan yang tinggi, namun dia tidak merasa bahagia. Ada juga di antara kita yang sangat terpandang di masyarakat dan menjadi tokoh terkemuka, tetapi itu pun tidak membuatnya bahagia. Ada juga yang mencoba melancong ke luar negeri mengunjungi tempat-tempat wisata yang beraneka ragam namun ternyata kebahagiaan itu tidak juga menyertainya.

Kalau demikian, ternyata ukuran bahagia itu bukan ada pada banyaknya harta, bukan ada di jabatan dan ketenaran, bukan pula pada ketokohan seseorang dan juga bukan dengan melancong. Lantas di manakah kebahagiaan itu, dan bagaimana pula kita dapat merealisasikannya?

Kebahagiaan adalah kondisi jiwa ketika seseorang mampu melakukan suatu perbuatan yang bernilai dan luhur. Ia merupakan kekuatan batin yang memancarkan ketenangan dan kedamaian, merupakan karunia Allah subhanahu wata’ala yang membuat jiwa lapang dan bergembira.

Bahagia adalah kejernihan hati, kebersihan prilaku dan keelokan ruhani. Hal itu merupakan pemberian Allah subhanahu wata’ala yang diberikan kepada siapa saja yang melakukan perbuatan terpuji.

Bahagia adalah rasa ridha yang mendalam dan sikap qana'ah. Ia bukan barang dagangan yang bisa dibeli di pasar oleh orang sekaya apa pun, tetapi merupakan dagangan Allah lsubhanahu wata’ala yang dikaruniakan kepada jiwa-jiwa yang terpilih.

Kebahagiaan itu kelapangan jiwa, bahagia itu tatkala anda bisa membuat senang hati orang lain, menyungging senyum di wajah, dan anda merasa lega tatkala dapat berbuat baik kepada sesama, merasa nikmat ketika anda bersikap baik kepada mereka.

Kebahagiaan adalah membuang jauh segala pikiran negatif dan mengisinya dengan pikiran yang positif. Ia merupakan sebuah kekuatan yang mampu menghadapi berbagai tekanan dan sekaligus mencari solusi bukan berdasarkan emosi.

Kebahagian itu ada pada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih, ada dalam meninggalkan kebencian, kedengkian dan sikap tamak terhadap kepemilikan orang lain.

Bahagia itu terdapat dalam dzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, syukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya. Dan kebahagiaan hakiki adalah meraih surga dan terbebas dari api neraka.

--------------------------
-----------------
Ungkapan tentang Kebahagiaan
-------------------------------------------

* Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain dan orang yang celaka adalah orang yang dijadikan pelajaran oleh orang lain.

* Bahagia adalah jika anda senang untuk berbuat kebaikan, bukan dengan berbuat apa saja yang anda senang.

* Orang bahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari masa lalu dan berhati-hati terhadap dirinya. Orang celaka adalah orang yang mengumpulkan harta untuk orang lain dan bakhil untuk memberikan kebaikan kepada dirinya sendiri.

* Orang bahagia yaitu yang mau mengambil faidah dari pengalaman masa lalu, bersemangat pada hari ini dan optimis menyambut masa depan.

* Kebahagiaan itu diraih dengan menjaga lisan.

* Seseorang tidak akan meraih kebahagiaan kecuali jika dia hidup merdeka, terbebas dari cengkraman syahwatnya serta mampu menahan hawa nafsunya.

* Kesungguhan anda dalam mencintai ketaatan, hati yang selalu anda hadapkan ke hadirat Allah subhanahu wata’ala, dan kehadiran hati ketika sedang beribadah merupakan indikasi cepatnya kebahagiaan.

* Kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan harta tetapi ia sering dijual.

--------------------------------
Tanda-tanda Kebagiaan
--------------------------------

Kebahagiaan memiliki tanda-tanda, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah. Beliau menyebutkan tiga perkara yaitu:
1. Jika mendapatkan nikmat, dia bersyukur.
2. Jika mendapatkan ujian, dia bersabar.
3. Jika berbuat dosa, dia beristighfar.

---------------------------------------
Langkah Menggapai Bahagia
---------------------------------------

Di antara langkah-langkah yang yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesuksesan adalah sebagai berikut:

1. Beriman Kepada Allah subhanahu wata’ala

Tidak ada kebahagiaan tanpa iman kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan kebahagiaan itu akan bertambah seiring dengan bertambahnya iman seseorang kepada Allah subhanahu wata’ala, dan akan melemah bersamaan dengan lemahnya iman kepada-Nya. Apabila iman semakin kuat, maka makin besar pula kabahagiaan. Sebaliknya jika ia melemah, maka kegoncangan dan pikiran negatif akan bertambah yang dapat membawa kepada pahitnya kehidupan dan kebinasan.

2. Beriman kepada Kekuasaan Allah subhanahu wata’ala

Orang yang beriman bahwa Allah subhanahu wata’ala itu Maha Kuasa tanpa batas, maka dia tidak akan dirundung duka, tidak dibuat sedih oleh berbagai masalah karena dia mempunyai tempat bersandar yang kuat, ketika sedang ditimpa suatu ujian dan kesulitan.

3. Beriman dengan Ketetapan Allah subhanahu wata’ala

Iman dengan qadha' dan qadar akan menumbuhkan sikap ridha dalam hati, kelapangan jiwa dan ketenangan. Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik. Jika ditimpa kelapangan, maka dia bersyukur dan itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan, maka dia bersabar dan itu pun baik baginya.” (HR Muslim)

4. Berteladan kepada Orang yang Sukses

Yang dimaksudkan di sini adalah orang yang telah memberikan sumbangsih yang besar dan luar biasa bagi umat manusia dan dia adalah orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Yang pertama dan utama adalah panutan kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan mengikuti jalannya, maka seseorang akan bahagia dan dengan meninggalkan petunjuk dan sunnahnya, maka seseorang akan celaka.

5. Mengenali Kehidupan

Hidup pasti akan menghadapi masalah, mendapati kesusahan dan pasti ada rintangan dan ujian. Semua ini merupakan ketetapan dari Allah subhanahu wata’ala terhadap manusia, supaya diketahui mana orang yang lebih baik amalnya. Maka wajib bagi kita untuk mengenal karakteristik hidup ini dan menerima sebagaimana wajarnya dan tidak menutup diri untuk menghadapi ketentuan Allah dengan ketentuan lainnya, menghadapi yang tidak kita senangi dengan sesuatu yang dapat menghilangkannya. Mengetahui permasalahan ini bukan berarti pasrah dan putus asa, tetapi justru bersikap sebaliknya.

6. Mengubah Kebiasaan Negatif Menjadi Positif

Doktor Ahmad Al-Bara' Al-Amiri mengatakan bahwa memulai kebiasaan baru yang bersifataqliyah (bisa dinalar dan dipikirkan) itu tidak sulit, dibutuhkan kira-kira 21 hari. Dalam hari-hari tersebut kita berfikir, berbincang-bincang, lalu mengusahakan segala yang bisa mendukung untuk terwujudnya kebiasaan baru itu, dan terakhir kita menggambarkan dengan jelas dan sempurna bahwa diri kita telah menjadi yang kita inginkan.

Jika kita telah berfikir bahwa kita telah menjadi yang baru sebagaimana kita kehendaki, maka gambaran ini secara bertahap akan menjadi sebuah realita. Hal ini seperti diungkapkan bahwa "al hilm bittahallum wal ilm bitta'allum" sikap lembut dicapai dengan selalu berusaha lembut dan ilmu itu diraih dengan belajar. (Durus nafsiyah linnajah wattafawwuq)

7. Tujuan Yang Mulia

Banyak orang yang celaka karena dia tidak memiliki sasaran dan tujuan yang dia usahakan agar terealisasi. Atau dia punya tujuan tetapi bukan sesuatu yang mulia dan tinggi sehingga dia tidak merasa bahagia tatkala berusaha menggapainya. Sedangkan tujuan yang mulia, maka akan menjadi-kan seseorang merasa bahagia ketika sedang berusaha untuk mencapainya.

8. Ringankan Derita

Orang hidup pasti mengalami musibah dan derita, namun tak selayak-nya musibah itu disikapi sebagai akhir dari segalanya, dan jangan beranggapan bahwa hanya dirinyalah yang menda-patkan ujian hidup. Bahkan selayaknya dia memperingan musibah dan tidak terlalu membesar-besarkannya.

9. Hal Sepele Jangan Dibuat Resah

Ada sebagian orang yang merasa resah dan kalut dengan kejadian-kejadian biasa dan lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Di antara mereka ada yang begitu sedih dengan pecahnya piring atau gelas, saluran air atau kabel yang putus, baju yang robek dan lain-lain yang sebenarnya wajar-wajar saja.

10. Kebahagiaan Ada Pada Diri Anda

Jika bahagia itu ada pada diri kita, maka mengapa harus jauh-jauh mencarinya, karena setiap manusia punya kekuatan dan potensi bahagia, tetapi kebanyakan mereka tidak mau melihatnya. Sebabnya adalah karena dia tidak pernah memperhatikan diri sendiri, tetapi sibuk melihat orang lain.

Kebahagiaan terkadang ada di depan mata, tetapi kita tidak menge-tahuinya, sehingga justru mencarinya lagi kepada yang lebih jauh dan semakin jauh. (Khalif Muttaqin)

Tulisan ini diterjemahkan dari buku: Daliluka Ila As-Sa’adah An-Nafsiyah, Dept. Ilmiyah Darul Wathan.

Ditulis Ulang oleh Andika Putra di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/menggapai-kebahagiaan-hakiki/377448191956

Sumber Asli: www.alsofwah.or.id

BEnarkah Cintamu Cinta Sejati?

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos "cinta sejati", dan dibuai oleh impian "cinta suci'. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta "valentine's day".

Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menulusi sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang yang selama ini menghiasi hati anda?

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis.

Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.

Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).

Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari. Kasihan deeh.

Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya ? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagiannya mencintai pasangan anda?

Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.

Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.

Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.

Saudaraku! bila anda terlanjut terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?

Para ulama' sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghunjam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu 'anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu 'anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut diantara bait-bait syair yang pernah ia rangkai :

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negri Samawah

duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?

Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita

paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.

Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,

semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.

Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu 'anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu 'anhu. Dan Subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu 'anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu 'anhu.

Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu 'anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada 'Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya. Mensikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata:

"Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima.?"

Akan tetapi tidak begitu lama, Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya "memble" (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada 'Aisyah radhiallahu 'anha. Mendapat pengaduan laila ini, maka 'Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:

يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.

"Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu 'Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)

Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu 'anhu?([1])

Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik:

Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.

Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?

Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berikut ini:

(الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ) رواه الترمذي وغيره

"Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya)." Riwayat At Tirmizy dan lainnya

Orang-orang arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata :

كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ

Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).

Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan : Cinta itu buta. Dalam pepatah Arab dinyatakan:

حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ

Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.

Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:

(فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ) البقرة 102

"Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya." Al Baqarah 102.

Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?

Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.

Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?

Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

(تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ) متفق عليه

"Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung." Muttafaqun 'alaih.

Dan pada hadits lain beliau bersabda:

(إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ) رواه الترمذي وغيره.

"Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi." Riwayat At Tirmizy dan lainnya.

Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput .

(الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ) الزخرف 67

"Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa." Az Zukhruf 67

Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari qiyamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ) متفق عليه

"Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan kedalam kobaran api." Muttafaqun 'alaih

Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.

Yahya bin Mu'az berkata: "Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu." Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akahlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.

Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku.

Wallahu a'alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.



Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri, Lc, M.A.

[1] ) Saudaraku, setelah membaca kisah cinta sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar ini, saya harap anda tidak berkomentar atau berkata-kata buruk tentang sahabat Abdurrahman bin Abi Bakar. Karena dia adalah salah seorang sahabat nabi, sehingga memiliki kehormatan yang harus anda jaga. Adapun kesalahan dan kehilafan yang terjadi, maka itu adalah hal yang biasa, karena dia juga manusia biasa, bisa salah dan bisa khilaf. Walaupun, amal kebajikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu banyak sehingga akan menutupi kekhilafannya. Jangan sampai anda merasa bahwa diri anda lebih baik dari seseorang apalagi sampai menyebabkan anda mencemoohnya karena kekhilafan yang ia lakukan. Disebutkan pada salah satu atsar (ucapan seorang ulama' terdahulu):

مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ مَنْ عَابَهُ بِهِ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ

"Barang siapa mencela saudaranya karena suatu dosa yang ia lakukan, tidaklah ia mati hingga terjerumus ke dalam dosa yang sama."

Sumber : http://serambimadinah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=79:benarkah-cintamu-cinta-sejati&catid=59:managemen-qolbu&Itemid=54

Catatan: Abu Abdurrohman di Facebook, di Alamat: http://www.facebook.com/notes/abu-abdurrohman/benarkah-cintamu-cinta-sejati-/374540326817

HUKUM MEMPEROLOK-OLOK AGAMA

Agama Islam datang dari Allah, disampaikan kepada umat manusia melalui Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam. Ajaran-ajarannya tertuang di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang merupakan sumber hukum dan petunjuk bagi setiap muslim. Oleh karena itu seorang muslim harus memuliakan ayat-ayat al-Qur’an, sunnah Nabi dan juga sesama muslim.

Seorang muslim dilarang keras berolok-olok, menghina dan mengejek Allah, Rasul dan ayat-ayat-Nya. Karena hal itu dapat menjerumuskan pelaku-nya ke dalam riddah (keluar dari Islam) sebagaimana yang pernah terjadi dimasa Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.
Berikut ini kami sampaikan fatwa para ulama tentang hukum memper-olok-olok agama, semoga bermanfaat bagi kita semua.


# Tanya: Bolehkah menggunakan ayat-ayat al-Qur'an untuk membuat perumpamaan sesuatu. Seperti mengumpamakan (rokok, red) dengan ayat, "yang tidak mengemukakan dan tidak pula menghilangkan lapar.”(QS. 88:7) Atau berkata (tentang tanah) dengan ayat," Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya, Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. 20:55).

Jawab: Tidak apa-apa membuat perumpamaan dengan ayat al-Qur'an jika penggunaan dan tujuannya adalah benar seperti contoh yang dikemukakan. Apabila dengan ayat-ayat tersebut dimaksudkan untuk mengingatkan orang tentang bahaya rokok atau, bahwa manusia itu diciptakan dari tanah lalu akan kembali ke tanah dan dibangkitkan dari perut bumi, maka permisal-an seperti ini dibolehkan karena tidak adanya unsur berolok-olok dan menghina al-Qur'an. Namun jika perumpamaan yang digunakan adalah untuk mengolok-olok dan menghina al-Qur'an maka masuk dalam kategori murtad dari Islam, sebab telah menjadikan peringatan Allah sebagai bahan per-olokan dan permainan, sebagaimana firman Allah artinya,
"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah, "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. 9:65-66) (Syaikh Shalih al-Fauzan)



# Tanya: Bagaimana hukumnya orang yang memegang al-Qur'an lalu merobek-robeknya padahal ia tahu bahwa itu adalah al-Qur'an dan juga telah ada orang yang memperi-ngatkannya? Kemudian bagaimana pula dengan orang yang dengan sengaja mematikan puntung rokok pada mushaf al-Qur'an?

Jawab: Kedua orang itu dihukumi kafir, karena telah memperolok-olok dan menghina kitabullah, dan keduanya termasuk golongan mustahzi'in yang hukumnya seperti difirmankan Allah (QS. 9:65-66). (Al-Lajnah ad-Daimah)



# Tanya: Kami melihat masih banyak orang ketika mereka melihat orang lain yang bersungguh-sungguh dalam beragama atau beribadah malah memperolok-oloknya. Sebagian yang lain ada yang berbicara tentang agama dengan nada mengejek dan memperolok-olok. Bagaimanakah orang yang seperti ini?

Jawab: "Memperolok-olok agama Islam atau bagiannya adalah kufur akbar, berdasarkan firman Allah (QS.9 : 65-66)
Barang siapa mengolok-olok orang yang bersungguh-sungguh dalam ber-agama atau menjaga shalatnya disebabkan kesungguhan dan konsistennya di dalam beragama, maka tergolong ke dalam mengolok-olok agama. Tidak diperbolehkan duduk-duduk dan bersahabat dengan orang seperti ini. Demikian juga dengan orang yang membicarakan masalah-masalah agama dengan nada menghina dan mengejek, maka dapat dikategorikan kafir, tidak boleh berteman dan duduk bersama mereka.

Bahkan kita harus menging-karinya, mengingatkan orang lain agar jangan mendekatinya, juga menganjurkan kepadanya agar bertaubat kepada Allah karena sesungguhnya Dia Maha menerima taubat. Jika ia tidak mau bertaubat, maka dia dapat diajukan ke pengadilan setelah benar-benar terbukti ia melakukan penghinaan dan pelecehan terhadap agama Islam dan dengan membawa saksi yang adil supaya mendapatkan keputusan hukuman dari mahkamah syar’iyyah (pengadilan Islam).

Intinya, bahwa masalah ini adalah masalah yang sangat besar dan berba-haya, maka wajib bagi setiap muslim untuk mengetahui ajaran agamanya, supaya dapat berhati-hati dari hal ini dan agar dapat mengingatkan orang tentang bahaya menghina, mengolok-olok dan melecehkan agama. Sebab hal ini merusak aqidah dan merupakan penghinaan terhadap al-haq dan para pelakunya. (Syaikh Ibnu Baz)



# Tanya: Apa hukumnya menghina dan mengolok-olok orang yang berpegang teguh dengan agamanya?

Jawab: Orang yang mengolok-olok mereka yang beriltizam dalam agama Allah, yang berpegang teguh perintah-perintah Allah maka dapat dikate-gorikan munafik, karena Allah Subhannahu wa Ta'ala telah berfirman,
“(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mu'-min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disede-kahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan mem-balas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS. 9:79)

Apabila penghinaan itu dikarenakan syariat atau ajaran agama yang dia pegang, maka penghinaan tersebut masuk dalam penghinaan terhadap syariat, dan menghina syariat adalah kekufuran. Jika penghinaan tersebut semata-mata hanya ditujukan kepada orang (pribadi) yang bersangkutan tanpa adanya unsur penghinaan terhadap apa yang ia pegang berupa ajaran agama atau sunnah maka tidak masuk kategori kafir. Sebab boleh jadi seseorang menghina orang lain secara pribadinya saja, dan tidak mangaitklan sama sekali dengan amal yang dilaku-kannya, namun hal ini juga merupakan sesuatu yang sangat berbahaya.

Yang seharusnya adalah memberikan dorongan kepada orang tersebut agar tetap berpegang dengan syariat Allah serta mendukungnya, bukan menghinanya. Apabila dirinya memang memiliki kesalahan, maka hendaknya diluruskan sesuai dengan kesalahan yang dia kerjakan. (Syaikh Ibnu Utsaimin)



# Tanya:Bagaimana hukumnya mengejek orang (laki-laki) yang memanjangkan jenggot atau mengangkat pakaian (celana) diatas mata kakinya?

Jawab: Barang siapa yang menghina orang yang memelihara jenggot atau mengangkat pakaiannya di atas mata kaki, padahal ia tahu bahwa itu adalah syariat Allah maka ia telah meng-hina syariat Allah tersebut.Namun jika dia menghinanya selaku pribadi, karena adanya faktor pendorong yang sifat-nya pribadi pula, maka ia tidak dikafir-kan dengan perbuatan itu. (Syaikh Ibnu Utsaimin)



# Tanya: "Apa hukum syara' terhadap orang yang mengejek orang yang berjenggot dengan memang-gilnya, "Hai si jenggot! Mohon untuk dijelaskan.

Jawab: “Mengolok-olok jenggot adalah kemungkaran yang besar, kalau dia mengucapkannya dengan tujuan menghina jenggot, maka itu adalah kufur, namun jika karena panggilan julukan atau pengenal (karena dengan menyebut nama saja belum tentu tahu yang dimaksudkan, red) maka tidak masuk dalam kekufuran.
Namun tidak selayaknya menjuluki atau memanggil orang dengan panggilan seperti ini. Sebab dikhawatirkan masuk dalam golongan yang difirmankan Allah dalam surat at-Taubah 65-66. (al-Lajnah ad-Daimah)



# Tanya: Apa hukumnya mengejek wanita muslimah yang mengenakan hijab syar'i dengan menyebutnya sebagai 'ifritah (jin Ifrit wanita/ hantu, red) atau kemah yang berjalan, (atau ninja) dan kalimat-kalimat lain yang sifatnya mengejek?

Jawab: Barang siapa yang menghina seorang muslim atau muslimah dikarenakan ajaran syariat yang dia pegang maka dia adalah kafir, baik itu dalam masalah hijab syar'i atau yang selainnya.

Hal ini berdasarkan pada hadits Ibnu Umar Radhiallaahu anhum yang mengisahkan salah saorang laki-laki yang berkata dalam perang Tabuk,"Aku tidak pernah melihat orang yang semisal ahli baca kita (dia maksudkan Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam dan para shahabatnya) yang mereka itu lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih penakut ketika berhadapan dengan musuh." Maka seorang laki-laki lain berkata,"Kamu telah berdusta, bahkan kamu adalah seorang munafik, aku akan memberitahukan ini kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ! Ketika orang tersebut sampai kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam ternyata telah turun ayat,

Abdullah Ibnu Umar mengatakan, "Aku melihat laki-laki tersebut berpegangan pada sabuk pelana unta Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu seraya mengatakan," Wahai Rasulullah sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja." Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda (membacakan ayat), "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. 9:65-66)

Maka Allah telah menjadikan, bahwa berolok-olok terhadap orang mukmin(karena syariat yang dia pegang) merupakan bentuk olok-olok terhadap Allah, rasul dan ayat-ayat-Nya.



# Tanya: Bagaimana hukumnya mengatakan, bahwa kitab-kitab akidah adalah kering dan tidak sesuai untuk mendidik anak-anak di masa ini?

Jawab: Masalah ini perlu dirinci, jika yang dimaksudkan adalah al-Qur'an dan as-Sunnah (dalam buku tersebut), maka ini adalah riddah (murtad). Maka siapa saja yang mengatakan, bahwa nash al-Qur'an adalah kaku, kering, tidak sesuai untuk manusia dan tidak memberikan penjelasan apa-apa, maka berarti telah mencela dan mengolok-olok nash (ayat), ini merupakan keku-furan. Ada pun jika yang dimaksudkan adalah ucapan salah seorang ulama itu kering, maka urusannya lebih ringan dan tidak menyebabkan riddah, namun ungkapan tersebut tidak sopan, cenderung berlebihan dan tidak selayaknya untuk diucapkan. (Syaikh Ibnu Baz)



# Tanya: Bagaimana hukumnya mempelajari filsafat, mantiq atau wacana (teori) yang didalamnya berisi olok-olok terhadap ayat-ayat Allah, apakah boleh duduk bersama mereka?

Jawab: Jika ia seorang yang berilmu, yakin terhadap diri sendiri dan tidak ada kekhawatiran akan terkena fitnah dalam hal agamanya baik melalui bacaan atau pun dialog dengan mereka, kemudian ia berniat untuk membantah atau meluruskan yang batil, menegakkan yang hak, maka boleh untuk mempelajarinya. Namun jika tidak demikian, maka tidak boleh mempelajarinya, tidak boleh bergaul bersama mereka sebagai suatu bentuk sikap menjauhi kebatilan dan pelakunya serta menjaga diri dari fitnah. (al-Lajnah ad-Daimah)


Sumber: Buku “Fatawa fi Man Istahza’a Biddin wa Ahlihi” oleh kumpulan para ulama dan Al-Lajnah Ad-Daimah.

Ditulis Ulang oleh Andika Putra di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/hukum-memperolok-olok-agama/376668761956

TATHAYYUR, KESIALAN TAK BERALASAN

------------------
Arti Tathayyur
------------------

Tathayyur (baca; tatoyur yakni merasa sial ketika melihat jenis burung tertentu atau selainnya), sebagaimana dikatakan al Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berasal dari kata thiyarah atau tiirah akar kata (mashdar) dari kata tathayyara, sebagaimana kata takhayyara mashdarnya khiyarah.

--------------------------
Asal-usul Tathayyur
--------------------------

Asal usul tathayyaur (dalam kehidupan Arab), bahwa pada masa jahiliyah orang orang mengandalkan arah terbangnya burung. Jika salah seorang dari mereka akan keluar rumah untuk suatu urusan maka apabila melihat burung terbang ke arah kanan mereka merasa beruntung dan melanjutkan perjalanan. Jika melihat burung terbang ke arah kiri maka mereka beranggapan sial dan membatalkannya. Terkadang juga mereka sengaja melepaskan burung lalu di lihat ke mana arah terbangnya kemudian dari situ ia menentukan sikap.

--------------------------
-------------------
Tathayyur dalam Lintasan Sejarah
---------------------------------------------

Sejarah tathayyur sudah ada smenjak dahulu kala, sudah lama orang-orang mempunyai anggapan bahwa kesialan itu dapat disebabkan oleh adanya makhluk tertentu yang menurut mereka membawa sial.
Kaum Tsamud juga telah bertathayyur, mereka merasa sial dengan keberadaan Nabi Shalih di tengah-tengah mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

Mereka menjawab:"Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu".Shaleh berkata:"Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji". (QS. an-Naml: 47)
Demikian pula dengan Bani Israil, sebagaimana firman Allah dalam surat al A'raf 130-131.

Tathayyur terus berlanjut hingga pada masa Arab Jahiliyah dengan berbagai macam bentuknya. Diantara mereka ada yang beranggapan sial dengan adanya jenis burung tertentu, bagaimana cara terbangnya, atau dengan angin, bintang ataupun dengan suara orang serta binatang tertentu.
Setelah Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa Salam diutus dengan membawa wahyu maka beliau jelaskan bahwa kepercayaan tathayyur tersebut adalah batil. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Salam bersabda, artinya,

“Tidak ada thiyarah (sial karena burung) dan tidak ada kesialan (karena makhluk tertentu)."
Beliau menjelaskan bahwa kepercayaan semacam ini timbul hanya berdasarkan persangkaan orang-orang (sama sekali tidak mempunyai dasar yang masuk akal,red). Beliau ajarkan bahwa apa yang mereka peroleh atau apa yang menimpa mereka tidak lain karena (takdir) yang telah ditetapkan Allah untuknya.

------------------------------
Tathayyur di Masa Kini
------------------------------

Di masa kini pengaruh- pengaruh tathayyur masih begitu kental dan terasa, terbukti dengan semakin marak dan menjamurnya paranormal alias dajjal yang mengklaim mengetahui perkara ghaib. Diantara mereka ada yang meramal dengan bintang, membaca telapak tangan ataupun dengan cara lainnya yang pada dasarnya merupakan pelecehan terhadap keberadan akal manusia.

Tak ketinggalan negara- negara yang katanya disebut sebagai negara maju, modern atau negara industri, dimana mereka lebih menyandarkan kepada hal-hal yang bersifat materi dan logika (akal) ternyata masyarkatnya banyak yang lari kepada dukun dan tukang ramal, bahkan hal itu telah menjadi keyakinan yang menancap pada kebanyakan masyarakatnya.

Tak terhitung para petinggi dan pejabat pemerintahan yang datang menghadap "orang pinter" dan tukang ramal baik yang pria maupun wanita, baik ke tempat praktek mereka, ataupun dalam event dan acara-acara yang disiarkan oleh berbagai media. Dan terbukti bahwa mereka yang datang rata-rata terpengaruh dan membenarkan apa saja yang diucapkan oleh sang paranormal. Yang demikian ini juga terjadi di negara-negara Amerika dan Eropa.

Dalam hal ini ada sebuah berita yang dikeluarkan oleh sebuah kantor berita di London bahwa mantan presiden AS Ronald Reagen bukanlah merupakan satu-satunya orang yang mengangkat penasehat dari kalangan dukun dalam membantu mengurus negaranya. (Diterbitkan dalam koran al Qabas (Kuwait) edisi 22 Mei 1998, tentang dunia sihir dan paranormal oleh Dr Sulaiman al Asyqar)

Sementara di Perancis telah diadakan sensus bahwa lebih dari sepuluh juta penduduk Perancis mendatangi paranormal dan tukang ramal secara rutin. Fenomena ini menyebar pada seluruh strata dan kelompok masyarakat mulai dari para petinggi negara hingga tukang sampah. Salah satu hal yang menggiring itu adalah banyak perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku ramalan bintang dalam setiap penghujung tahun, mereka ingin tahu berbagai peristiwa yang bakal terjadi pada tahun berikutnya.

Telah menjadi kebiasaan orang-orang Prancis pada tiap akhir tahun mereka menunggu terbitnya buku-buku yang memuat ramalan-ramalan tukang tenung, terutama seorang peramal wanita yang dikenal dengan Elizabet Teisyih, yang presiden Faranso Mitaran banyak bertanya kepadanya, meminta petunjuk terhadap permasalahan yang dihadapinya.(Koran asy Syarq al Ausath no 8003 Jum'at 30-7-1421 H)

Di beberapa negara maju marak juga model perdukunan yang disebut dengan melihat bola kristal. Dimana sang penyihir komat-kamit mulutnya seraya membaca mantera dihadapan bola itu, lalu mendengarkan apa yang dibisikkan oleh setan, setelah itu memberitahukan bisikan setan itu kepada orang lain (pasiennya).

Salah satu bukti yang menunjukkan mendunianya paranormal, khurafat dan keyakinan batil terutama di negara yang mengaku maju adalah apa yang terdapat dalam uang dolar Amerika bergambar mata, yang dimaksudkan untuk menolak mata yang dengki (ain). (lihat 'Alamus sihri wa asy syu'udzah hal 65, Dr Sulaiman al Asyqar)

Orang-orang barat juga punya keyakinan bahwa angka tertentu merupakan pembawa sial, jika memiliki angka itu maka mereka berasumsi bahwa sial bakal menimpa. Diantara angka "keramat" itu adalah angak tiga belas (13), sehingga salah satu maskapai penerbangan internasional mambuang angka tersebut dari tempat duduk di dalam pesawat.

Demikian juga penduduk New Zealand, mereka juga beranggapan sial dengan angka tiga belas sehingga mereka tidak menulisnya pada apa-apa yang mereka miliki. Dan dengan sebab tidak dipakainya angka tiga belas ini sering terjadi kesalahpahaman di dalam berbagai pelayanan umum sebagaimana diungkapkan oleh para wartawan mereka. (koran New Zealand Hirald edisi 12-10-1420 H/19-1-2000 M, disiarkan juga oleh kantor berita reuters dan diterbitkan dalam koran ar Riyadh Kamis 13/10/1420).

Setelah diperhatikan maka diketahui bahwa angka tiga belas ternyata merupakan angka keramat (angka apes dan sial) bagi paranormal dan tukang ramal, dan ini menunjukkan bahwa tathayyur memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perdukunan.

Di Eropa, jumlah paranormal dan peramal mancapai jutaan baik yang pria maupun wanita. Di Paris, ibu kota Perancis ada lebih dari dua puluh lima ribu juru nujum pria dan wanita. (Majalah Express, Perancis). Disana juga diadakan kontes paranormal dan juru nujum dengan skala internaisonal, tentunya untuk apa lagi kalau bukan mencari pelanggan.

Dalam kaitan pergantian milenium baru (th 2000) lalu beberapa paranormal kesohor meramalkan bahwa tahun 2000 merupakan tahun kehancuran alam semesta, ada lagi paranormal yang mengatakan bahwa pada tahun itu matahari akan meledak dan itu tersebar melalui beberapa pemberitaan media di dunia. Maka banyak penduduk dunia yang begadang pada malam pertama tahun itu (pergantian tahun) seraya menahan nafas menunggu apa yang bakal terjadi dengan alam ini. Namun apa yang terjadi, semua hanya dusta belaka.

Ramalan semacam ini sebenarnya hanya mengadopsi dari paranormal di masa lalu. Pada tahun 999 terdapat ramalan yang menyebutkan bahwa tahun 1000 akan terjadi peristiwa demikian dan demikian. Maka akibat ramalan itu, penduduk Eropa berbondong-bondong keluar menuju Baitul Maqdis, dengan harapan agar akhir kehidupan mereka berada di tempat yang suci. (at Tanabbu' bil ghaib, Ahmad asy Syantanawi, terbitan Dar al Ma'arif Mesir)

---------------------------------
Bentuk-bentuk Tathayyur
---------------------------------

Hampir dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari masih kita dapati adanya unsur tathayyur, baik disadari atau tidak.Dan aspek yang terbesar adalah tathayyur dan anggapan sial dalam hal yang berkaitan dengan sakit, kematian serta penghasilan atau rejeki. Dan nyata sekali bahwa antara tathayyur dengan dunia paranormal dan perdukunan memilki kaitan sangat kuat yang saling mendukung satu dengan lainnya.

Ada diantara dukun itu yang meramal nasib dengan membaca telapak tangan. Ada pula bentuk ramalan dengan kartu, demikian juga yang banyak terpampang di halaman berbagai majalah atau koran berupa ramalam bintang (zodiak). Majalah dan koran semacam ini telah memberikan andil dalam penyebaran khurafat. Para artis dan penyayi pun tak ketinggalan sering mengungkapkan masalah masalah semisal, seperti dirinya berada dibawah naungan zodiak ini, sehingga dalam keseharian harus begini, pantangannya adalah ini dan itu.

Ada pula sebagian orang atau pengusaha yang apabila kedatangan tamu dengan ciri fisik tertentu maka dia merasa sial sehingga menutup toko atau kantornya takut rugi dan terkena musibah. Sebagian yang lain merasa sial dengan nomer atau angka tertentu seperti angka 13 atau angka 3 dan ada pula orang yang merasa sial apabila melihat cermin yang pecah.

Ada pula bentuk tathayyur yang merupakan warisan kaum Yahudi, yakni merasa sial apabila melihat wanita yang sedang dalam masa ‘iddah atau haidh. Ada juga sebagian masyarakat yang bertathayyur dengan burung gagak atau burung hantu (dan burung perkutut, red).
Tak ketinggalan orang rafidhah (syi'ah), mereka merasa sial dengan angka sepuluh. Menurut penjelasan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa orang syiah membenci angka sepuluh disebabkan kebencian mereka terhadap shahabat pilihan yaitu sepuluh shahabat yang dijamin masuk surga. (lihat Minhaj as Sunnah an Nabawiyah 1/38-39).

Walhasil masih banyak masyarakat di belahan bumi ini yang meyakini tathayyur, dan ini merupakan peluang emas bagi para dukun dan dajjal yang sering dianggap sebagai “orang pinter” untuk terus dan asyik menjalankan profesinya, “membodohi orang”.
Islam telah mengingkari adanya tathayyur, dan jika dengan sebab tathayyur ini seorang muslim lantas medatangi dukun maka dia berhadapan dengan dua ancaman, tidak diterima shalatnya empat puluh hari atau yang lebih fatal lagi dicap kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Wallahu a’lam.

=======================================================================================
Diringkas dan disadur dengan bebas dari kitab “at-Tasya’um wa at-Tathayyur fi hayatin naas, Khalid bin Abdur Rahman asy-Syayi’

Ditulis Ulang OLeh Andika Putra, di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/tathayyur-kesialan-tak-beralasan/375934111956

KETAHUILAH WAHAI HAMBA ALLAH !

Ketahuilah wahai hamba Allah…
Rasul ‘alaihis sholatu wa salam pernah bersabda ketika ada salah seorang sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu bertanya tentang amalan yang memasukkan ke dalam surga dan menjauhkan dari neraka .Beliau jawab “ Beribadahlah hanya pada Allah dan jangan menyekutukanNya, tegakkan shalat, tunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah.” Selanjutnya beliau menunjukkan pintu-pintu kebaikan ,sabda beliau “Puasa adalah perisai, sedekah menghapus kesalahan seperti aair memadamkan api, dan shalatnya seseorang di akhir malam”. Lanjut beliau “Pokok urusan ialah Islam, tiangnya adalah shalat, dan mahkotanya adalah jihad.” Kemudian beliau bertanya pada Muadz, “Maukah kutunjukkan kunci dari semua itu?” Jawab Muadz “Ya.” Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam memegang lidahnya seraya bersabda “Jagalah ini!” Muadz pun bertanya “Apakah kami akan diadzab gara-gara ucapan kami?” Maka beliau bersabda “Celaka kau! Bukankah tidak ada yang menelungkupkan wajah manusia kedalam neraka --atau hidung-hidung mereka—melainkan karena buah ucapan mereka!!!” (Hadits riwayat At-Tirmidzi, hasan shahih).

Ketahuilah wahai hamba Allah…
Alangkah besarnya bahaya lidah ini sedang kita banyak lalai dari menjaganya…. Bagaimana pendapatmu jika seseorang diberi pena dan kertas lalu dia gunakan untuk mencaci dan menghina orang yang memberikan pena dan kertas tadi? Pasti itu tidak beradab ditinjau dari adab bangsa manapun….. Bagaimana pendapatmu jika seseorang diberikan kendaraan lalu digunakannya untuk menabrak orang yang memberinya kendaraan tersebut? …. Bagaimana pendapatmu jika seseorang diberi lisan oleh Dzat yang di atas langit, yang Maha Pengasih dan Penyayang lalu ia gunakan untuk bermaksiat kepadaNya?

Berapa tetes ludah yang engkau habiskan untuk berdzikir mengingatNya? Berapa banyak pula yang telah tertumpah untuk kata-kata jorok, porno, atau bahkan menghina Allah yang Maha Keras siksa-Nya!!!…. Apa maksudnya menghina Allah? Maksudnya engkau mengatakan sesuatu yang tidak pantas dikatakan, bahkan ini adalah perkataan kufur yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam!
Ingatlah saat engkau mengatakan
“Aku tak bisa hidup tanpa dirimu…”
atau perkataan
“Kaulah satu-satunya yang kuinginkan di dalam hidupku“,
atau
“Hanya ada engkau yang ada di hatiku?”
atau
“Aku ingin selamanya bersama denganmu..?"
Bukankah Allah yang telah menghidupkan kita? Bukankah kita pasti menemuinya dan akan mempertanggungjawabkan perbuatan kita? Bukankah bagi seorang muslim hanya Allah yang paling dia cintai lebih dari apapun?

Atau menghubung-hubungkan makhluk dengan kejadian seperti
“Tuh, lihat gara-gara kamu sih jadi hujan!”
atau ketika mendengar petir bukannya memohon perlindungan pada Allah tetapi malah mengatakan
“Tuh, petirnya kencang banget, si Fulan pasti lagi marah nih!!!”.
Bukankah Allah-lah yang berkuasa atas semua hal yang terjadi di alam ini??? Perkataan mana yang lebih besar dosanya dari perkataan keji seperti ini?!! Ini perkataan syirik yang dosa syirik itu tidak akan diampuni Allah kecuali dengan menyesali dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi (Taubat Nasuha).

Ketahuilah wahai hamba Allah…
Sesungguhnya Allah sangat keras siksanya…engkau, aku dan semua makhluk-Nya demi Allah tak akan sabar menjalaninya…. “Ah, kok serius gitu sih ! kami ‘kan hanya main-main kok?”

Ketahuilah wahai hamba Allah…
Allah berfirman “Dan jika kau tanya mereka tentang ejekan itu maka mereka akan menjawab ‘Sesungguhnya kami hanya senda guaru dan bermain-main’. Katakanlah “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usahlah kamu minta maaf karena kamu kafir sesudah beriman!” (At-Taubah 65-66). Sebab turunnya ayat yang mulia ini ialah karena ada seorang yang pada saat perang Tabuk, maka suatu waktu ia membuat majelis / kumpul-kumpul dan ia bercerita dan berkata “ Aku tidak pernah melihat orang yang lebih buncit perutnya, lebih takut kepada musuh selain ahli baca Al Quran ini (maksudnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabatnya--ridwanullah’al
aihim ajma’in-semoga Alah meridhoi mereka semua--yang kita diperintah untuk mengikuti mereka). Maka ketika diadukan pada beliau, maka turunlah ayat ini dan orang tadi terlihat tersandung-sandung karena mengikuti Nabi yang menaiki kendaraannya untuk minta maaf. Lihatlah, wahai hamba Allah!!. Allah-lah yang mengkafirkan mereka dari atas langit ketujuh melalui ayatnya yang mulia. Adakah alasan lain bagi kita untuk mengelak dengan ‘hanya main-main saja’??

Ketahuilah wahai hamba Allah…
Allah Maha keras siksa-Nya, akan tetapi Allah mempunyai ampunan yang luas, maka bersegeralah untuk menuju ampunan-Nya. FirmanNya “ Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar 53). Firman Allah “ Bersegeralah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasulNya.” (Al Hadid 21).

Kesimpulan
1. Marilah kita sama-semua menjaga lidah ini yang merupakan kunci dari semua perkara yang disebutkan dalam hadits di atas.
2. Menjauhi perkataan keji seperti diatas dan yang sejenisnya.
3. Haram kita menghina Rasulullah dan para sahabatnya, dan wajib kita mengikuti cara beragama mereka itu (lihat At-Taubah 100, An-Nisaa 115).
4. Tidak boleh menghina ajaran Islam walau kita belum mampu melaksanakannya.
5. Marilah bersegera untuk mendapatkan ampunan dari Allah dan mendalami Islam ini secara benar, yakni mengikuti sahabat Nabi rodhiyallahu ‘anhum ajma’in. Wallahu a’lam.

Maraji’:

1. Al Quran Al Karim
2. Al-Arba’in Imam An-Nawawi
3. Syarh Ushul Tsalatsah Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin.
4. Aqidah Islamiyah Syaikh Al-Jibrin

[Kontributor : Ahmad As-Salafi, 30 Juni 2003 ]

Ditulis Ulang Oleh Andika Putra, di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/ketahuilah-wahai-hamba-allah-/374828536956

Sumber Asli: www.perpustakaan-islam.com

APAKAH MEREKA LEBIH KHUSYU' DARIPADA ABU BAKAR DAN UMAR ?

Seorang tabi'in (murid sahabat Nabi) yang agung bernama Amir bin Abdillah bin Zubair belajar dari ayahnya Abdullah bin Zubair Radhiyallahu'anhu.

Pada suatu hari Amir terlambat pulang ke rumah lalu ayahnya bertanya: Ke mana saja kamu, wahai Amir? Ia menjawab: Saya melihat suatu kaum yang tidak ada yang lebih baik daripada mereka, mereka berdzikir kepada Allah Ta'ala, salah satu di antara mereka gemetar kemudian pingsan karena takutnya kepada Allah!

Lalu ayahnya berkata: Janganlah kamu duduk bersama mereka lagi, wahai Amir! Kemudian Amir bertanya: Mengapa? Bukankah mereka adalah suatu kaum yang takut kepada Allah? Bapaknya menjawab: Sungguh saya telah melihat bagaimana Rasulullah saw membaca Al-Quran, dan aku melihat pula Abu Bakar 'dan Umar ra membaca Al-Qur'an, namun tidak sampai mengalami sebagaimana orang-orang yang kamu ceritakan itu, lalu apakah kau kira mereka lebih khusyu' dari pada Abu Bakar dan Umar?

Penulis mendapatkan kisah tersebut dalam biografi tabi'in yang zuhud dan ahli ibadah ini. Beliau belajar kepada ayahnya, seorang sahabat yang agung dan putra sahabat yang agung pula, yakni Abdulullah bin Zubair bin Awwam maka petunjuknya sesuai dengan petunjuk Nabi saw. Dalam riwayat ini terdapat solusi dari problem berupa ghuluw (melampaui batas) dan sikap ektsrim yang banyak menimpa kaum muda yang tengah bersemangat, sekalipun dengan niat yang baik dan menginginkan kebaikan, akan tetapi mereka salah dalam menempuh cara. Sehingga mereka tidak mendapatkan tujuan yang mereka kehendaki.

Abdullah bin Zubair bertanya kepada anaknya Amir atas keterlambatan pulang kerumah itu adalah merupakan hak baginya dan bahkan kewajiban bapak terhadap anaknya. Bukan berarti beliau merampas kemerdekaan anak atau mengekangnya, bahkan hal itu merupakan wujud penjagaan dan perhatian seorang ayah dan bagian dari tarbiyah yang baik.

Sungguh buruk sekali pendidikan yang mengklaim memberikan kemerdekaan kepada anak sepenuhnya tanpa adanya pengawasan dari orang tua terhadap prilaku mereka. Itu adalah kemerdekaan semu dan kebebasan yang merusak. Menganggap anak memiliki kedewasaan seperti dirinya, hingga mereka terjerat pergaulan dengan anak-anak berandalan, sementara mereka masih pendek nalarnya dan masih sempit pengalamannya, sehingga begitu mudah dijerumuskan dan dipengaruhi oleh teman-teman yang buruk, sementara bapaknya hanya menyaksikan dan bersikap netral tanpa komentar. Dengan dalih memberikan kemerdekaan bagi anaknya dan tidak ikut campur tangan dalam urusannya.

Inilah faedah pertama dari riwayat ini, yakni memberikan gambaran tentang konsep pendidikan Islam yang lurus semenjak awal tarikh hijriyah. (Amir tidak mempersoalkan pertanyaan ayahnya, yakni tidak menyanggah ayahnya mengapa ia menanyakan urusannya), namun beliau memberikan alasan yang menyebabkan keterlambatannya. Beliau memberitahukan tentang keadaan kaum yang beliau lihat, mereka berdzikir kepada Allah dengan khusyu' dan takut hingga salah satu di antara mereka gemetaran lalu pingsan karena takut kepada Allah.

Akan tetapi Abdullah bin Zubair tidak simpati dengan kondisi orang yang diceritakan tersebut, tidak suka dengan apa yang mereka lakukan, tidak terperdaya oleh sikap lahir mereka. Bahkan dia meminta agar anaknya tidak bergaul dengan orang yang dikatakan khusyu tersebut, dan agar anaknya menjauhi mereka. Larangan tersebut membuat Amir keheranan mengapa ayahnya melarang berkumpul dengan kaum yang pingsan saking takutnya kepada Allah maka ia bertanya pada bapaknya: Mengapa, wahai ayah, padahal mereka adalah kaum yang takut kepada Rabb mereka?

Seharusnya ayahnya menganjurkan dia untuk bergaul dengan mereka dan memberikan motivasi untuk mengikuti mereka. Mengapa dia melarangnya padahal rasa takut itu telah bersemayam di hati dan menguasai perasaan mereka? (begitulah pikir Amir ketika itu)

Lalu muncullah jawaban dari sahabat yang agung tersebut, menjelaskan manhaj ittiba' dan jauh dari bid'ah, serta menerangkan tidak adanya kebaikan dalam ghuluw (berlebih-lebihan) atau melampaui dari apa' yang telah dikerjakan oleh Nabi dan para shahabatnya. Lalu beliau katakan bahwa beliau melihat Nabi ketika membaca Al-Qur'an (Al-Qur'an adalah sebaik-baik dzikir), begitupula halnya dengan kedua sahabat beliau yakni Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu 'Anhuma, namun tidaklah mengalami kondisi sebagaimana kondisi orang yang dilihat anaknya yakni orang yang pingsan karena khusyu'nya. Apakah mereka lebih khusyu' kepada Allah dari Rasul-Nya yang mulia padahal beliau telah menyebutkan nikmat yang Allah karuniakan kepada beliau dengan sabdanya:
Sesungguhnya orang yang paling bertakwa kepada Allah dan yang paling takut kepada-Nya adalah aku.

Dan apakah mereka lebih khusyu' pula daripada dua sahabat yang mulia, yakni Abu Bakar dan Umar? Padahal Abu Bakar 'lebih bagus keimanannya daripada iman seluruh umat ini, sebagaimana pernah disebutkan dalam sebuah hadits. Sedangkan Umar, Syetan lari darinya sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah saw.

Jika demikian, mereka adalah orang-orang yang mengada-ada dan mutakallifun (memperberat diri) atau dari ahli meditasi dan filsafat yang jauh dari petunjuk salaf yang berada di tengah-tengah dan lurus. Sehingga tidak ada baiknya berteman dan meneladani mereka maka camkanlah nasihat ini wahai para pemuda.

Diambil dari Haakadza..Tahaddatsas Salaf edisi bahasa Indonesia Potret Kehidupan Para Salaf karya Dr. Musthafa Abdul Wahid. Penerbit : At-Tibyan


Ditulis Ulang OLeh Andika Putra di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/apakah-mereka-lebih-khusyu-daripada-abu-bakar-dan-umar-/367569566956

Sumber Asli: www.perpustakaan-islam.com

TERORISME : UTOPIA PENGHANTAM ISLAM

--------------------
MUQODDIMAH
--------------------

إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
أما بعد، فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار

Sesungguhnya segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita memuji-Nya, kita memohon pertolongan pada-Nya, dan kita memohon pengampunan dari-Nya serta kita berlindung dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan kejahatan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala maka tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan-Nya maka tiada seorangpun yang dapat menunjukinya. Sesungguhnya kami bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq untuk disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Adapun setelah itu, sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kalamullah dan sebaik-baik petujuk adalah petunjuk nabiyullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam sedang suburuk-buruk suatu perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah dan tiap bid’ah itu adalah sesat dan tiap kesesatan itu tempatnya adalah neraka.

Amma Ba’du :Sesunguhnya Allah SubhanaHu wa Ta’ala mengutus nabi-Nya dengan agama yang Haq, yang akan dimenangkan dari agama-agama lainnya dengan kelapangan syariat dan jaminan bagi manusia untuk hidup dengan mulia lagi suci sebagai Rahmatan lil ‘alamin.

Berfirman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar ia memenangkannya di atas segala agama walaupun orang-orang musyrik benci.” (QS. Ash-Shaff 61:9).

Demikian pula Allah SubhanaHu wa Ta'ala berfirman dalam QS Al-Anbiyaa’ 21:107 :

“Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat semesta alam”

Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur’an Al-Karim untuk seluruh manusia dan jin, yang menunjukkan keuniversalitasan islam yang tak tersekat-sekat oleh waktu dan tempat. Berfirman Allah SubhanaHu wa Ta'ala :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya agar menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al-Fuqaan 25:1)

Demikian pula Allah Ta’ala mengutus rasul-Nya kepada seluruh manusia seluruhnya, yang menjadi pembeda dengan agama samawi lainnya yang hanya diturunkan untuk suatu kaum atau suatu bangsa, berfirman Allah SubhanaHu wa Ta'ala :

“Tiadalah kami mengutusmu kecuali bagi seluruh manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pembawa peringatan, tapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ 34:28)

Rasulullah menjelaskan pula hal ini dalam sebuah haditsnya yang Shahih: “Setiap Nabi dikirim khusus kepada bangsanya, tetapi saya dikirim kepada bangsa berkulit merah maupun hitam.”

Keuniversalitasan islam tampak pada ciri kerisalahannya sebagai berikut :

1. Tidak dijumpai di dalamnya hal-hal yang sukar diamalkan atau kesulitan-kesulitan. Bahkan islam menghendaki kemudahan-kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dan kesukaran, sebagaimana firman Allah Ta'ala:

“Allah tiada membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah 2:286) lihat pula Surat Al-Baqarah 2:185, dan Al-Hajj 22:78). Hal ini dijelaskan pula oleh Nabi ShallaLlahu 'alaihi wa Sallam yang diriwayatkan dari Abi Said Maqburi RadhiaLlahu 'anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya agam ini mudah dan tak ada seorangpun yang mempersulitnya kecuali ia akan kalah.” Juga sabdanya ; “Agama yang dicintai oleh Allah adalah agama yang murni dan tidak sulit.”

2. Islam adalah konsep hidup yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari masalah-masalah yang sederhana seperti adab makan, istinja’ hingga ke permasalahan yang lebih kompleks seperti politik, ekonomi, dan seterusnya. Termasuk pula permasalahan perang, jihad, apalagi pembunuhan dan semacamnya.

3. Islam adalah agama yang rahmat bagi seluruh semesta alam, yang tidak mengajarkan kepada kerusakan, bahkan salah satu tujuan dan hikmah syariah adalah untuk menolak kerusakan dan bahaya. Maka tak heran para fuqoha’ membuat suatu qoidah dalam islam yang berbunyi : “Daf’ul mafaasid muqoddamun ‘ala jalbil mashaalih” (Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil manfaat).”

4. Islam adalah agama pertengahan yang selaras dengan fithrah, tidak mengajarkan kehidupan kependetaan yang mengharamkan apa-apa yang dihalalkan dan juga tidak bersifat hedonisme yang menabrak koridor-koridor yang diharamkan.

--------------------------
-------------------------------------------------
JIHAD : Syariat islam tertinggi yang sering disalahartikan.
---------------------------------------------------------------------------

Bersabda nabi yang mulia ‘alaihi Sholaatu wa Salaam : “Urusan terpenting adalah islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah Jihad fi sabiliLlah.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah.)

Setelah kita mengetahui bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, yang tidak menghendaki kerusakan, nilai universalisme yang dimilikinya tak ada bandingannya oleh agama-agama manapun. Maka pengetahuan tentang konsep pemeliharaan syariat islam adalah suatu keniscayaan dalam pelanggengan kehidupan islam. Namun hal ini tak akan dapat dicapai kecuali dengan dua hal, yaitu : DA’WAH (amar ma’ruf nahi munkar) dan JIHAD.

Dua amalan inilah yang akan membawa islam kepada kelanggengan kehidupan syariatnya, namun kedua amalan ini memiliki fundamen, kaidah, dan koridor-koridor ilmiyah yang harus difahami. Mispersepsi tentang implementasi kedua hal ini akan berimplikasi kepada kerusakan yang lebih besar, sebagaimana telah terjadi kini…

----------------------------------------------------------------------
JIHAD : Konsepsi utama dalam realisasi syariat islam
----------------------------------------------------------------------

Jihad merupakan syariat islam tertinggi dalam islam, ia merupakan kekuatan kaum muslimin yang menjadi sebab penyelamat dari berbagai bencana, bala’ dan kesedihan. Rasulullah ShallaLlahu 'alaihi wa Sallam bersabda :”Barangsiapa mati sedangkan ia tak pernah berjihad, ataupun ada keinginan untuk berjihad, maka matinya dala keadaan diantara cabang kemunafikan.” (HR. Ahmad)

Saat ini… tatkala jihad mulai dilalaikan dan kaum muslimin diliputi kehinaan, kesengsaraan dan kesedihan senantiasa datang bertubi-tubi silih berganti, tak satupun di bumi timur maupun di bumi barat, di ujung utara maupun di ujung selatan. Melainkan ummat ini dalam keadaan sakit, lemah dan tak memiliki izzah. Mereka menjadi bulan-bulanan kaum kafir, menjadi korban kebiadaban kaum musyrikin sedangkan mereka tak mampu bangkit, karena kekuatan mereka telah musnah seiring dengan dilalaikannya ilmu dan aqidah mereka yang telah menjadi rusak…

Di saat itu pula bangkit sebagian ummat islam dari keterlalaiannya, bangun dari tidur dan keterpurukannya, mereka tersontak dan tersedarkan, bahwa mereka saat ini dalam keadaan yang diliputi kehinaan, sembari mereka berdiri dan berteriak : “wahai ummat islam, sadarlah dan bangkitlah, kita saat ini dalam keadaan dijajah, diinjak-injak… bangkitlah!!!” dan saat itu pula mereka terpekik JIHAD… JIHAD…!!! Pekik ini kini membahana di mana-mana, bumi yang terluka Afghanistan, bumi yang menangis Palestina, hingga bumi-bumi Allah lainnya yang ternodai seperti di Kashmir, Chehchnya, dan hampir di seluruh penjuru dunia. Kalimat ini menjadi kekuatan mereka, dan senjata ampuh mereka, karena dengan kalimat ini, mereka tersemangati untuk HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID…!!!

Namun, dibalik pekikan-pekikan Jihad yang membahana di bumi Allah ini, dibalik kalimat yang mulia ini… dibalik semangat yang perlu disyukuri ini, ternyata diadopsi secara serampangan oleh beberapa kelompok islam yang berangkat dari ketertindasan dan keteraniayaan, dengan implementasi jihad secara serampangan, tanpa dilandasi atas dasar ilmu, dan hanya dibayang-bayangi oleh semangat dan perasaan belaka…. Saat itulah musibah dan bencana baru melanda… dengan atas nama jihad, mereka melakukan pembunuhan massal terhadap orang kafir (bahkan tak mustahil ummat islam menjadi korbannya), mulai dari pengeboman pusat-pusat perdagangan, keramaian hingga penculikan dan pembajakan…!!! Jihad mengalami distorsi makna dan syariah, terorisme menjadi jihad dalam anggapan mereka… Wallahul muwaafiq…!!!

Karena ulah mereka ini, kerusakan-kerusakan dan madharat yang menimpa ummat islam semakin bertubi-tubi, islam yang telah terpuruk menjadi semakin terpuruk, karena ulah mereka, dakwah perbaikan ummat jadi terhambat, dan utopia opini publik terhadap islam kaafah yang sunnah menjadi fobia dan sindrom masyarakat, sikap apatis dan apriori terhadap sunnah semakin merebak… gerakan da’wah islam semakin terhambat dan islam semakin terpuruk oleh hantaman fitnah ini.

Yang pasti pula, bahwa tindakan pengeboman, penghancuran fasilitas dan tempat-tempat umum, serta pembunuhan walaupun terhadap orang kafir (bukan harbi), adalah haram menurut islam, dan pelakunya dianggap melakukan tindakan yang menyelisihi syariat islam dari segala sisi. Jika pelaku mengatasnamakan tindakannya dengan jihad, maka sungguh ia telah menfitnah syariat islam yang murni ini untuk melegitimasi nafsu dan keinginannya. Berikut ini hukum-hukum, adab-adab dalam jihad yang menyelisihi tindakan pengeboman dan terorisme atas nama islam.

-------------------
HUKUM JIHAD
-------------------

Secara umum jihad hukumnya adalah Fardhu Kifayah. Namun dapat berubah menjadi fardhu ‘ain dalam keadaan :

- Apabila musuh menyerang negeri kaum muslimin, dan hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi kaum muslimin yang muqim di daerah trsebut, dan fardhu kifayah bagi muslim yang berada di luar wilayah.

- Saat khalifah/imam mengumandangkan jihad.

- Saat berhadapan dengan musuh dalam kancah peperangan atau jika dua pasukan telah berhadapan, maka hukumnya adalah fardhu ‘ain dan diharamkan untuk mundur dari kancah peperangan, kecuali jika untuk melancarkan strategi.

Para ulama’ juga menjelaskan bahwa jihad itu ada 2 macam, yakni :

1. Jihad Al-Fath (ofensif/ekspansi), hukumnya fardhu ‘ain jika diperintah kholifah. Jihad ini memiliki syarat-syarat :

- Ada Imam/.Khalifah kaum muslimin.
- Ada Daulah Islamiyyah yang dhahir/nampak/nyata.
- Ada liwa’/panji-panji islam.
- Ada istitho’ah/kemampuan berupa kekuatan baik kekuatan ruhani (aqidah islamiyyah yang benar) dan kekuatan fisik (berupa alat-alat dan perlengkapan perang).

2. Jihad Ad-Difa’ (Defensif/memepertahankan diri), yakni jika suatu wilayah kaum muslimin diserang oleh pasukan musuh, maka hukumnya adalah fardhu ‘ain bagi orang yang tingal di wilayah tersebut.

Maka, dari bentuk jihad di atas, termasuk jihad manakah aktivitas pengeboman dan penghancuran serta pembunuhan massal kaum kafir?

Jika mereka menjawab termasuk jihad al-Fath (ofensif), maka kita jawab, apakah syarat-syarat jihad fath sekarang sudah terpenuhi? Sudah adakah imam sekarang? Sudah adakah daulah khilafah islamiyyah sekarang? Manakah liwa’ (panji) daulah tersebut? Dan apakah kekuatan kaum muslimin sudah memadai? Lantas jika belum ada, darimanakah mereka bisa mengatakan bahwa tindakan mereka itu adalah jihad fath…????

Jika mereka mengatakan jihad difa’, maka kita kataan, apakah menghancurkan (baca:mengebom) tempat-tempat keramaian termasuk membela diri? Apakah membunuh aparat keamanan termasuk jihad difa’? Apakah membunuhi manusia yang tak dalam keadaan perang disebut membela diri? difa’ (pembelaan) seperti apakah yang dimaksudkan?

Maka, aktivitas-aktivitas mereka tersebut tidaklah termasuk jihad baik jihad fath maupun jihad difa’. Lantas, darimanakah mereka bisa mengambil kata jihad ini kemudian mereka sematkan kepada tindakan mereka??? wallahul Musta’an.

-------------------------
ADAB-ADAB JIHAD
-------------------------

Subhanallah, maha suci Allah yang menurunkan syariat-Nya yang sempurna ini… sungguh islam adalah agama yang menjunjung tinggi adab-adab kemanusiaan yang tak dimiliki oleh agama-agama lain. Dalam segala aspek islam mengatur akan adab-adabnya, apalagi dalam masalah perang, islam mengajarkan adab-adab berperang yang mulia. Diantara adab-adab berperang di dalam islam tersebut adalah :

- Menyeru orang kafir sebelum menyerang mereka kepada islam atau bersedia tunduk dengan hukum islam. Jika mereka menolaknya baru diperangi.

- Tidak boleh membakar musuh dengan api, sebagaimana dalam sabda nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam : “Jika kalian menemukan musuh kalian maka bunuhlah, namun janganlah kalian membakarnya dengan api, sebab tidak boleh membunuh dengan api kecuali pemilik api neraka.” (HR. BUkhari).

- Tidak boleh menyayat, memotong-motong, ataupun mencincang tubuh orang yang terbunuh. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imran bin Hushain, beliau RadhiaLlahu 'anhu berkata : “Rasulullah memerintahkan kita bersedekah dan melarang memotong-motong tubuh orang yang terbunuh.” (HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih)

- Tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang sakit, orang tua/jompo, hamba sahaya/budak dan orang yang tidak turut berperang.

- Tidak boleh merusak bangunan, membunuh hewan, merusak tanaman, mencemari sumber air.

- Tidak boleh menghabisi orang yang terluka, mengejar orang yang lari dari medan perang.

- Tidak boleh membunuh orang yang meminta ampun, ataupun yang telah bersyahadat masuk islam.

Dan masih banyak lagi adab-adab jihad yang diajarkan oleh Rasulullah dan diikuti oleh sahabat-sahabatnya, sehingga islam menjadi agama yang tangguh namun beradab, islam menjadi agama yang kuat namun menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Lantas, dimanakah letak adab jihad tersebut dengan tindakan-tindakan pengeboman dan pembunuhan massal baik terhadap kaum kafir maupun muslim yang menjadi korban dengan atas nama jihad??? Tidakkah mereka membunuhi manusia-manusia pada saat keadaan aman (perang tidak dikumandangkan)??? Bukankah mereka juga membunuh orang yang bermacam-macam di sana, baik wanita, anak-anak, orang tua??? Maka jihad apakah yang mereka tegakkan dan mereka seru??? Maka sungguh merupakan suatu bencana tatkala tindakan terorisme dianggap dengan jihad islami.

-----------------------------------------------------------------------
FATWA SYAIKH ABUL HASAN MUSTHOFA AL-MISHRI
-----------------------------------------------------------------------

Ditanya beliau hafidhahullah tentang tindak peledakan bangunan dengan dalih jihad pada Jumadil ‘Ula, sebagai berikut :

Tanya : Kami mendapati beberapa orang yang mengaku aktivis islam melakukan tindakan penculikan sejumlah tokoh atau melakukan tindak peledakan terhadap gedung-gedung perkantoran dan pertokoan. Apabila ditegur mereka membantah dengan berkata, “Perbuatan seperti ini telah dilakukan oleh para sahabat dengan seizin Rasulullah ShallaLlahu 'alaihi wa Sallam, yaitu pada peristiwa terbunuhnya Kaab bin Asyraf, seorang thaghut Yahudi.” Apakah perbuatan seperti itu benar dan tepat sesuai dengan metode ahlus sunnah wal jama’ah? Dan apakah cara seperti itu dapat menolong agama islam? Kemudian apa nasehat Anda kepada mereka?

Jawab :
Alhamdulillah, semua orang sudah mengetahui sikap Ahlus Sunnah Wal Jamaah terhadap masalah ini. Terutama orang orang yang telah mengenal dakwah Ahlus Sunnah Wal Jamaah, baik melalui buku-buku, kaset-kaset dakwah, atau yang lainnya. Barangsiapa yang mau berhenti sejenak untuk merenungkan hal itu, maka akan tampak jelas baginya bahwa cara-cara seperti itu adalah fitnah (menimbulkan malapetaka) dan dapat menghalangi orang untuk beragama islam. BAHAYANYA LEBIH BESAR DARI MANFAATNYA. Walaupun pelakunya melakukan hal itu dengan niat ikhlas semata-mata untuk membela agama, namun keadaan mereka sama seperti yang dilantunkan dalam sebuah syair :

Sa’ad menggiring onta-ontanya sambil berselimut.
(maka dia pun ditegur). Wahai Sa’ad bukan begitu cara menggiring onta!

Para tokoh ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah abad ini telah memberi peringatan akan bahaya cara-cara seperti itu. Diantara mereka adalah Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, muhadits abad ini Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dan ahli fiqih dan ushul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah, serta ulama lain yang sejalan dengan mereka. Akan tetapi, dilain pihak banyak pemuda belia yang dangkal ilmunya dan kurang pengalamannya tidak peduli dengan keterangan para ulama tersebut. Akibatnya, fitnah dan kerusakan tersebar di segala penjuru bumi. Sungguh sangat memilukan.

Betapa banyak orang-orang yang tak bersalah ikut terbunuh! Betapa banyak umat islam yang menjadi korban kezaliman karena telah dianggap kafir Semua itu dilakukan tanpa ada rasa takut ataupun segan sama sekali. Betapa banyak anak-anak dan wanita yang tidak tahu menahu ikut menjadi korban akibat ucapan-ucapan yang tidak bertanggung jawab lagi tidak dikenal Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam memahami dalil.

Perlu diketahui, kisah tewasnya Ka’ab bin Al-Asyraf tidak dapat dijadikan dalil tindakan mereka, dengan alasan sebagai berikut. :

1. Ka’ab bin Al-Asyraf –semoga Allah melaknatnya- sudah jelas kekafirannya. Adapun pemuda-pemuda tersebut memvonis kafir (orang lain) dengan pemahaman yang rusak (salah). Walaupun sebagian mereka ada yang ikhlas, namun keikhlasan itu tidaklah mencukupi hingga terpenuhi syarat yang kedua, yaitu sesuai dengan sunnah. Diantara mereka pula ada yang memvonis kafir dengan hawa nafsu, atau untuk mengejar keuntungan materi dunia. Boleh jadi orang yang dibunuh tersebut seorang yahudi atau nasrani, namun untuk membunuh mereka juga harus dipenuhi syarat-syarat tertentu yang sudah dimaklumi oleh para ulama. Namun, pemuda-pemuda tersebut tidak mau menengok apalagi mempelajarinya.

2. Pembunuhan atas diri Ka’ab bin Al-Asyraf adalah atas anjuran dari Rasulullah ShallaLlahu 'alaihi wa Sallam. Beliau berkata kepada para sahabatnya : “Siapakah yang bersedia membunuh Ka’ab bin al-Asyraf karena dia sungguh telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tentunya tidak akan berucap dengan hawa nafsu, begitu pula dengan pewaris beliau, yaitu para ulama’. Berbeda dengan para pemuda tadi. Mereka bukan ulama’ dan tidak pula merujuk kepada ulama’.

3. Tewasnya Ka’ab bin al-Asyraf adalah kehinaan bagi Yahudi dan kemuliaan bagi kaum muslimin. Berbeda dengan tindakan para pemuda tadi. Kenyataannya tindakan itu justru menghalangi orang untuk menjalankan agama Allah, dan memecah belah persatuan kaum muslimin, serta membuka peluang bagi musuh untuk menjajah negeri-negeri kaum muslimin dengan alasan MEMBERANTAS TERORISME. Perbuatan itulah yang mengakibatkan penjara-penjara penuh dengan orang-orang lemah lagi tak bersalah, dan berujung pada penghinaan kaum muslimin. wallahul musta’an.

Sungguh amat memilukan! Betapa banyak pemuda islam yang dahulu wajahnya bersinar tatkala menuju ke masjid untuk menghadiri majlis-majlis ilmu Al-Qur’an, aqidah, dan lain lain. Namun, ketika mereka ditangkapi akibat perbuatan orang lain, akhirnya mereka pun berbalik menjadi aktivis-aktivis tempat hiburan dan perusak sendi-sendi agama dan syiar-syiar islam.

4. Ka’ab bin al-Asyraf dibunuh oleh para Sahabat, kemudian mereka berkumpul di hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lalu mengumandangkan takbir karena gembira atas terbunuhnya Ka’ab bin al-Asyraf. Adapun pemuda-pemuda tadi, setelah melakukan perbuatan menyimpang tersebut, biasanya mereka terus bersembunyi kemudian orang lain yang ditangkap lalu disiksa dengan cambukan hingga kulitnya mengelupas atau dihajar sampai babak belur, dan sebagainya . tepat sekali ucapan seorang penyair :

Orang lain yang berbuat jahat namun aku yang kena getahnya
Maka nasibku tidak lain seperti nasib jari telunjuk yang menyesali diri.

5. Para sahabat hanya membunuh Ka’ab bin al-Asyraf saja karena hanya dia yang diizinkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk dibunuh. Berbeda dengan aksi-aksi peledakan terhadap gedung-gedung perkantoran yang di dalamnya terdapat ratusan bahkan ribuan orang yang beraneka ragam, ada yang jahat dan ada yang baik. Apakah sama seratus mereka dengan Ka’ab bin al-Asyraf?

6. Terbunuhnya Ka’ab bin al-Asyraf membawa maslahat yang jelas. Berbeda dengan apa yang dilakukan pemuda tadi yang nyata-nyata membawa kepada kerusakan.

-----------------------------------------------------------------------------------
WAR AGAINST TERRORISM : Jargon untuk menghantam islam
-----------------------------------------------------------------------------------

Luluh lantaknya WTC 11 September beberapa tahun silam, disusul dengan meledaknya legian Kuta Bali di negeri ini, diikuti dengan peledakan tempat-tempat lainnya, menorehkan suatu sindrom dan fobia tersendiri bagi publik dunia. Penggiringan opini bahwa pelaku adalah ummat islam –terlepas dari tanpa bukti dan fakta- menyebabkan antipati publik terhadap islam. Terlebih lagi beberapa kelompok islam yang dituding sebagai pelaku tindak terorisme menunjukkan indikasi membenarkan aktivitas-aktivitas tersebut.

Dengan demikian, tatkala jargon internasional yang ditabu oleh A.S. sebagai klaim perang terhadap teroris, yaitu jargon War against Terrorism (lebih tepatnya war againts islam) yang membahana di seantero dunia tak terkecuali negeri-negeri islam menjadi motto dan slogan yang disandang tiap negeri dengan menuding kelompok-kelompok yang mereka identifikasi sebagai islam fundamentalis dan lain sebagainya, saat itulah jargon ini menjadi senjata yang ampuh untuk menghantam aktivitas da’wah islamiyyah secara merata.

Islam identik dengan teroris adalah suatu hal yang menjadi lazim dalam pandangan publik dunia, maka tak heran ruang gerak dakwah islamiyyah semakin sempit, bahkan tindakan-tindakan kekejian terhadap ummat islam di berbagai negara menjadi meraja lela. Tak heran kita dengar pasca Bali Blast di Legian silam, para muslimah di Australia diteror, Masjid di daerah Afrika selatan diledakkan, kegiatan dakwah islamiyyah di Negara-negara islam dimata-matai, tokoh-tokoh islam ditangkapi, dan lain sebagainya. Yang mana hal ini menunjukkan bahwa jargon “War Against Terrorism” sangat ampuh untuk menghantam islam.

Dengan Jargon ini pulalah A.S. dapat menghantam milisi Thaliban di Afghanistan menjadi hancur, dan sekarang mereka mengantam Iraq dengan dalih yang serupa. Wallahul Musta'an.

--------------------------------------------------------------------
FENOMENA TERORISME : Teroris teriak teroris…!!!
--------------------------------------------------------------------

Penting untuk diketahui, bahwa hingga hari ini tak ada satupun definisi terorisme yang dapat disepakati oleh semua fihak, baik dalam hukum internasional ataupun berbagai organisasi berskala internasional. Bahkan beberapa Negara dan organisasi memiliki definisi masing-masing sesuai dengan persepsinya masing-masing. Hal ini lebih banyak didorong oleh faktor ideologis, politis dan kepentingan sosial.

Dengan adanya perbedaan politis, ideologis dan kepentingan tertentu, terdapat dua persepsi dan interpretasi yang berbeda menanggapi suatu aksi. Di satu sisi aksi tersebut bisa jadi dianggap sebagai tindakan terorisme yang harus dikecam namun di sisi lain aksi tersebut dipandang sebagai aksi perlawanan mencapai kemerdekaan atau perjuangan membela hak asasi kemanusiaan. Oleh karena itu, tidak mungkin terjalin suatu kerjasama internasional untuk memberantas terorisme kecuali jika mereka berhasil mempersatukan persepsi mereka tentang definisi terorisme dengan melepaskan kepentingan ideologis dan politiknya.

Sebagai contoh, gerakan intifadhah di Palestina yang memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya dari aggressor keparat Yahudi, mereka dianggap sebagai teroris karena memerangi Yahudi walau dengan maksud perjuangan mempertahankan negerinya. Namun di lain fihak, tindakan pembantaian, penangkapan, pembunuhan, penghancuran dan pencaplokan tanah oleh Yahudi terhadap muslimin Palestina tidak dianggap sebagai terorisme…!!!

Satu contoh lagi yang saat ini benar-benar telah terjadi, yaitu agresi militer A.S. terhadap negeri 1001 malam, Iraq. Walaupun dunia internasional telah mencerca dan masyarakat dunia telah protes, namun dengan arogannya dengan dibantu koalisi sekutu-sekutu setianya, mereka tetap melancarkan agresi militer ke Iraq. Demikianlah sikap para pencinta terror sejati, teroris sejati, mereka akan menteror siapa saja dan melemparkan istilah terorisme kepada siapa saja menurut definisi yang mereka tetapkan, dan dunia harus tunduk dan patuh terhadap mereka… ya, merekalah teroris sejati yang senang berteriak teroris..!!!

-----------------------------------------------------------------------------
DEFINISI TERORISME : Polemik yang tak kunjung berakhir.
-----------------------------------------------------------------------------

Sejak tahun 1972, PBB telah melakukan upaya untuk mencari sebab-sebab terorisme dan menginstruksikan perencanaan taktis dalam menanganinya. PBB juga telah membentuk dewan khusus yang disebut Dewan Khusus Terorisme Internasional, dimana anggotanya dapat mengemukakan sikapnya dan menyusun resolusi yang disepakati. Dokumen-dokumen PBB, seperti makalah sidang, review, riset dan resolusi-resolusi, baik di dalam rapat Sidang Umum, Dewan Keamanan, Dewan Terorisme dan dewan-dewan lainnya menunjukkan perselisihan yang sangat tajam seputar definisi terorisme. Dan tak ada harapan untuk menyusun suatu definisi yang akomodatif. Oleh karena itu, PBB mengenyampingkan masalah definisi dan memfokuskan pada penelitian sebab dan perencanaan-perencanaan.

Berdasarkan sidang-sidang PBB mengenai terorisme dapat disimpulkan bahwa fenomena ini sangatlah komplek dan memiliki latar belakang politik, ekonomi. Sosial dan psikis yang berbeda-beda. Dan di tengah persidangan yang telah dan masih akan terus berlangsung selama bertahun-tahun, muncul dua aliran besar dalam menyikapi masalah terorisme ini.

Aliran pertama; diwakili Negara-negara Barat dan beberapa negara lain, kelompok ini berpendapat bahwa ancaman terorisme telah semakin berkembang, bentuk-bentuknya telah semakin beragam dan korban-korbannya tetap terus berjatuhan. Oleh karena itu, dalam kondisi seperti ini, masalah pemberantasan terorisme tidak boleh dikaitkan dengan masalah pemberantasan faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor ini memang penting, tapi dapat diselesaikan kemudian. Kelompok ini memandang pentingnya pemberantasan terorisme tanpa melihat faktor-faktor penyebabnya dan menghimbau dunia internasional untuk bersama-sama membasmi terorisme terutama dalam pertukaran informasi dan penyerahan para pelaku untuk diadili. Mereka juga berpendapat bahwa perjuangan kemerdekaan tak boleh melibatkan orang-orang tak berdosa atau melanggar hak-hak asasi manusia, dan tak boleh dilakukan kecuali sesuai dengan hukum internasional secara umum.

Aliran kedua; diwakili mayoritas anggota PBB terutama Negara-negara dunia ketiga. Pendapat mereka didasari oleh sikap penolakan terhadap bentuk terorisme, dan upaya penanganannya harus disertai dengan penelitian faktor-faktor pemicunya. Faktor-faktor ini sebagian besar berasal dari kebijakan imperialis, kolonialis, rasis, dominasi dan intervensi. Semua ini melahirkan perasaan apatis, utopis dan depessif di kalangan rakyat yang tertindas dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan kekerasan dan terkadang sampai menumpahkan darah.

Setelah melalui persidangan selama 8 tahun lebih, akhirnya pada putaran ke-24, PBB menetapkan resolusi nomor 34/145 tertanggal 17 Desember 1979 mengenai masalah terorisme. Setelah itu, PBB menetapkan berbagai resolusi lainnya yang pada intinya mencantumkan kalimat berikut,

“Mengingat Sidang Umum PBB mengakui dan menghormati sepenuhnya hak menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa yang tunduk di bawah kekuasaan imperialis, rasis dan bentuk-bentuk dominasi kekuatan asing lainnya. Dan mengingat PBB menyatakan legalitas perjuangan mereka, terutama gerakan-gerakan melawan penjajah sesuai dengan prinsip-prinsip perjanjian dan hukum internasional mengenai hubungan persahabatan dan kerjasama internasional sesuai perjanjian PBB…”

Demikian pula pada Sidang PBB pada 12 Desember 1973 putaran ke-28 menetapkan resolusi nomor 3103 yang semakna dan juga pada tahun 1977 pada putaran ke-23, yang intinya melegalkan perjuangan bangsa-bangsa tertindas dalam mencapai kemerdekaannya.

---------------------------------------------------------------------------
DEFINISI TERORISME (IRHAB) : dalam pandangan islam.
---------------------------------------------------------------------------

Berkata Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkholi hafizhahullahu dalam memberikan ta’rif (definisi) Irhaab (terrorisme), “Irhab adalah suatu kalimat yang padanya disandarkan makna yang memiliki gambaran beragam, yang pada intinya adalah tindakan menakut-nakuti dan membuat kengerian pada orang. Teror ini menyebabkan tertumpahnya darah orang tak berdosa, hilang dan terampasnya harta benda, terkoyaknya kehormatan, dan porak porandanya persatuan. Selain itu keadaan yang tenang bisa berubah menjadi fitnah dan bencana yang dahsyat dan muncullah kerusakan di muka bumi. Lalu berembuslah angin fitnah yang busuk ke tengah masyarakat dan terbentanglah sayapnya yang mengerikan. Diantara tindak terorisme ini adalah pembajakan pesawat dan transportasi darat, penculikan penguasa, pengeboman, kudeta, penyerangan pusat-pusat perdagangan oleh kelompok-kelompok bersenjata dengan dalih dakwah islamiyyah, lalu membunuh dan merampas harta dan lain lain. Contoh konkritnya adalah usaha pembunuhan terhadap Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Faishol tahun 1353 H, penyerangan Masjidil Haram oleh Juhaiman bin Saif Al- Utaibi dan Muhamad bin Abdullah Al-Qohthoni tahun 1400H, demonstrasi yang dilakukan jama’ah haji Iran pengikut Khomeini 1407H silam, penyerangan Saddam Husain ke Kuwait 1411 H dan lain lain.

Lembaga Fiqh islam Rabithah Alam Islami memberikan definisi: “Irhab adalah tindakan aniaya kepada manusia yang dilakukan oleh perorangan, kelompok atau Negara. Baik terhadap agama, jiwa, akal, harta atau kehormatannya. Termasuk tindakan terorisme adalah berbagai macam usaha menakut-nakuti, gangguan, ancaman, dan perampokan. Semua tindak kekerasan atau ancaman sebagai realisasi tindak kriminal baik dari perorang atau kelompok dan bertujuan menyebarkan rasa ketakutan di tengah masyarakat, atau ancaman terror atau perbuatan yang dapat menyeret kehidupan bermasyarakat, kemerdekaan, atau ketentraman mereka ke situasi yang gawat… semua itu termasuk perbuatan kerusakan di muka bumi. Allah telah melarangnya dalam firman-Nya :

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.“ (QS Al-Qoshosh : 77).

Allah telah menyiapkan balasan yang menakutkan bagi pelaku tindak teror dan kerusakan dan dikategorikan sebagai permusuhan kepada Allah dan rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang atau diasingkan. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan terhadap mereka di dunia dan di akhirat mereka memperoleh siksa yang besar.” (QS Al-Maidah : 33)

Termasuk tindakan terorisme adalah terror yang dilancarkan oleh suatu negara. Yang paling kejam adalah yang digencarkan oleh Yahudi terhadap muslimin Palstina, agresi dan pembantaian muslim Bosnia Herzegovina oleh Serbia. Maka tindakan pembelaan diri terhadap mereka adalah jihad fi sabilillah.

---------------------------------------------------------------------
TERORISME DALAM KONSTALASI INTERNASIONAL
---------------------------------------------------------------------

Dalam resolusinya, PBB telah memberikan resolusi kepada bangsa-bangsa di dunia termasuk Palestina untuk menggunakan kekerasan dalam melawan penjajah, namun PBB dalam resolusinya tidak menjelaskan lebih lanjut bidang tertentu yang dapat dilawan dengan kekerasan. Oleh karena itu, semua hal yang membantu tegaknya dominasi penjajah dapat dilawan dengan kekerasan.

PBB dalam berbagai ketetapan, deklarasi dan resolusinya secara prinsipil telah menegaskan legalitas dan keabsahan perjuangan melawan penjajah baik secara moral maupun politik. Hal ini yang membedakan perjuangan melawan penjajah dengan tindak terorisme. Dengan demikian, upaya pemberantasan terorisme tidak boleh mengekang hak-hak perjuangan suatu bangsa dalam rangka melawan imperialisme, kolonialisme, rasisme dan zionisme serta segala bentuk dominasi politik, sosial dan ekonomi atas suatu negeri oleh penjajah.

Bahkan, pengidentifikasian kata teroris seharusnya disematkan kepada para imperialis, kolonialis dan zionis yang menjajah suatu negeri, mencaplok tanah mereka, merampas harta dan menumpahkan darah penduduknya. Standar identifikasi terhadap terorisme seharusnya berasal dari nilai-nilai yang bersumber dari fithrah kemanusiaan, bukan dari kepentingan politik, ideologi dan kepentingan ekonomis. Maka seharusnya jargon WAR AGAINST TERRORISM ketika didengung-dengungkan oleh dunia yang dimotori oleh Globo-cop A.S membuktikan motonya dalam memerangi teroris dengan mengusir Israel dari Palestina, memerdekakan wilayah-wilayah yang teraniaya seperti Kashmir, Chechnya, Kosovo dari para penjajah, memberikan hak kepada negeri-negeri terjajah untuk menentukan sikap, dan lain sebagainya.

Namun, ini adalah isapan jempol semata, bagai hendak memeluk gunung menggapai bintang, karena tidak mungkin negeri paman Sam yang merupakan akar teroris mau untuk memberantas teroris, karena konstelasi standar pemikiran terorisme adalah memiliki standar ganda yang ditimbang dari kepentingan politik dan ideologi mereka.

------------------------------------------------------------------------------------------------
SIAPAKAH TERORIS SEJATI? : Mengungkap fakta tindakan teror Yahudi.
------------------------------------------------------------------------------------------------

Siapa yang tak kenal Yahudi sang aggressor pencaplok tanah Palestina yang paling keji di muka bumi ini? Bahkan A.S. dan sekutunya semacam Inggris dan Perancis bertekuk lutut di hadapan lobi-lobi internasional mereka. Tidak ada satupun bangsa terkeji dan terkejam, yang rela berjuang dengan segala cara untuk memenuhi tujuannya, bahkan aktivitas terorisme menjadi salah satu metode mereka… ya, merekalah Yahudi Israel, yang menjadi dalang segala bentuk kerusakan dan tindakan terorisme di muka bumi.

Berikut ini adalah fakta-fakta tindakan teror Yahudi terhadap bangsa Palestina yang nyata terjadi namun tak ada satupun tindakan bangsa internasional yang mengetahui kebiadabannya mampu menghentikannya, bahkan mereka didukung oleh Negara-negara adidaya semacam A.S., Inggris, dan Perancis:

1. Pembantaian Balad Al-Syaikh dan hawasa (1 Januari 1948), mereka menyerang perkampungan dengan melemparkan bom-bom di rumah penduduk sipil dan memberondong mereka dengan peluru.

2. Pembantaian Dier Yasin (9-10 April 1948), pembantaian besar dengan cara pengeboman rumah-rumah penduduk dan penembakan-penembakan terhadap penduduk yang melarikan diri. Mayat-mayat yang mayoritas wanita dan anak-anak yang bergelimpangan dikuburkan jadi satu di perkampungan tersebut. Berita ini telah menyebar ke dunia internasional namun dunia hanya mampu mengecam tanpa berbuat apa-apa.

3. Pembantaian Nashir El-Din (13 Aprl 1948), pasukan Yahudi menyamar dengan pakaian arab sebagai kamuflase lantas mereka memberondong penduduk yang menyambut kedatangan mereka dengan hangat.

4. Pembantaian Beit daras (21 Mei 1948), pembantaian yang tak kalah dahsyatnya dengan pembantaian Dier Yasin, dimana korban terbesar adalah anak-anak dan wanita.

5. Pembantaian Syarafat (7 Februari 1951), pasukan Yahudi meledakkan rumah-rumah penduduk dan membunuhi mereka, 5 anak kecil tewas dalam penyerangan ini.

6. Pembantaian Desa Falma (29 Januari 1953), tentara Israel menyerang desa ini dengan mengerahkan ratusan pasukannya dan menghancurkan rumah-rumah penduduk dengan meriam.

7. Pembantaian Qibya (14-15 Oktober 1953), merupakan pembantaian yang cukup menonjol dan mendapatkan reaksi yang keras dari Yordania dan negeri-negeri Arab. Sebuah masjid besar, sekolah, gudang air dan perumahan hancur, dan beberapa keluarga tewas dibantai.

8. Pembantaian Nahalin (28 Maret 1954)

9. Pembantaian Dier Ayyub (2 November 1954)

10. Pembantaian Gaza (28 Februari 1955)

11. PembantaianQalqaylila (10 Oktober 1956)

12. Pembantaian Shabra dan Shafilla (18 September 1982)

13. Pembantaian haram Antara lain-Ibrahimi (25 Februari 1994)

Dan masih banyak lagi pembantaian yang mereka lakukan terus menerus terhadap warga Palestina. Belum lagi apa yang telah mereka lakukan terhadap warga Non Palestina, juga termasuk tindakan-tindakan lobi mereka di bawah bendera Negara-negara adidaya yang mereka kuasai.

---------------
KHATIMAH
---------------

Dari uraian panjang di atas, banyak sekali kesimpulan yang dapat ditarik, namun sebagimana tujuan tulisan ini, yaitu membersihkan nama islam dari tindakan-tindakan yang tak pernah sama sekali diajarkan oleh islam. Bahwa tindakan-tindakan terorisme yang mengatasnamakan islam perlu untuk dikritisi, bahwa apa benar islam mengajarkan tindakan demikian? Maka telah jelaslah bahwa apa yang dilakukan oleh sekolompok ummat islam yang melakukan aktivitas teror dengan dalih jihad adalah salah dan menyelisihi syariat islam yang mulia, bahkan tindakan tersebut mengotori kesempurnaan dan keagungan syariat islam.

Satu hal yang harus dicatat, di tengah perhelatan konflik ideologi, islam termasuk salah satu ideologi yang dikhawatirkan oleh musuh-musuhnya dapat menjadi momok berbahaya sebagaimana pada masa kegelapan eropa (pre renaissance). Maka upaya pendistorsian terhadap ajaran islam dengan upaya pembentukan opini negatif dan fobia publik terhadap islam adalah salah satu senjata yang ampuh. Lebih jauh lagi, sebenarnya negara-negara barat yang dimotori oleh AS dan yahudi-lah yang merupakan teroris sejati, yang harus diperangi…


Disusun oleh:
Abu Salma bin Burhan At-Tirnaatiy,
18 Muharam 1423 H./21 Maret 2003 M.

DAFTAR PUSTAKA :

· Abdul Aziz Alu Mubarak, Faishal, MUKHTASHAR NAILUL AUTHAR, Bab Al-Jihad.
· Al-Jazaa-iri, Abu Bakar Jabir, MINHAJUL MUSLIM
· Al-Kailani, Dr. Haitsam; AL-IRHAB YU-ASSASSU DAULATI NAMUUDZAJI ISRAA-IL, terjemahan : Siapa Teroris Dunia?, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
· Al-Khudri, Ibrahim Abdur Rahim, HUKMUL JIHAD WA BAYAANU FADHLUHU.
· As-Sulaimani Al-Mishri, Abul Hasan Musthafa bin Ismail, SILSILAH AL-FATAWA ASY-SYAR’IYYAH.
· Sabiq, Sayyid; FIQHUS SUNNAH, jilid 1
· Zainu, Muhammad Jamil, TAUJIHATUL ISLAMIYYAH.
· Majalah Al-Furqan, Edisi 3/II Syawal 1423 H.


Ditulis Ulang Oleh Andika Putra Di Alamat: http://www.facebook.com/notes/andika-putra/terorisme-utopia-penghantam-islam/365105186956

Sumber Asli: www.abusalma.wordpress.com